Tahapan-Tahapan
Analisis Kuantitatif
GRAVIMETRI
Analisa gravimetri merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan
komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu
sampel kemudian dilakukan pengendapan.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan
penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara
berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif
dan berat endapan hasil reaksi.
Analisis
gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.
1. Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan seara
gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut
tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang
dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga
bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.1. Metode Pengendapan
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada
pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci
dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan. Hal
ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan
memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130
derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu
dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam
sulfida, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau
logam hidroksida dengan mengetur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara
berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.
aA +rR ———-> AaRr(s)
Penambahan
reagen R secara berlebihan akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk.
2. Metode Penguapan
2. Metode Penguapan
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk
menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap.
Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan
dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen
yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu pereaksi tertentu
sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap.
Metode
penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu
senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum
dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap.
Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 derajat celcius,
garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat
ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.
3. Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion
logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan
berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel
cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada
sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air
limbah.
Elektrolisis
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit
yang terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan
ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka
metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat
dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun
sampel cair.
VOLUMETRI
Pada zaman yang serba modern ini banyak alat dan cara
analisis yang dapat mengetahui kadar suatu analat dengan cepat , tepat, dan
mudah. Tetapi analisis kuantitatif secara volumetri masih tetap digunakan.
Dalam titrimetri, analat direaksikan dengan suatu bahan lain yang
diketahui/dapat diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bila bahan tersebut
berupa larutan ,maka konsentrasinya harus
diketahui dengan teliti dan larutan tersebut dinamakan larutan baku.
Titrasi
Tidak
semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran. Untuk itu pereaksi harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
·
Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang
jelas (dasar teoritis).
·
Cepat dan irreversible .
·
Ada petunjuk akhir titrasi ( indicator).
·
Larutan baku yang direaksikan dengan analat harus mudah
didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah bila disimpan.
Berdasarkan
reaksinya suatu titrasi digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Reaksi
Metatetik (titrasi berdasarkan pertukaran ion).
Meliputi :
- Netralisasi (asidimetri dan alkalimetri).
- Presipitimetri ( berdasarkan
terbentuknya endapan).
- Kompleksometri (berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks yaitu ion kompleks atau garam yang
sukar mengion).
Meliputi :
- Permangganatometri,
Dikhromatometri , Seriometri (berdasarkan penggunaan oksidator kuat).
- Iodometri dan Iodimetri
(Titrasi yang menyangkut reaksi) I2 + 2e-
→ 2I-
Karena metoda iodimetri masih jarang digunakan dalam
analisis di laboratorium maka kami dari kelompok IV mencoba untuk memberikan
penjelasan tentang metoda tersebut.
NETRALISASI
Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa
tidak diragukan lagi adalah netralisasi. Fakta bahwa asam dan basa dapat saling
meniadakan satu sama lain telah dikenal baik sebagai sifat dasar asam basa
sebelum perkembangan kimia modern.
Neutralisasi
dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida
membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan
dalam air.
H+
+ OH-–> H2O (9.33)
H3O+
+ OH-–> 2H2O (9.34)
Jumlah
mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida).
Stoikiometri netralisasi
nAMAVA = nBMBVB
jumlah mol proton jumlah mol ion hidroksida
subskrip A dan B menyatakan asam dan basa, n valensi, M
konsentrasi molar asam atau basa, dan V volume asam atau basa.
|
Dengan bantuan persamaan di atas, mungkin untuk menentukan
konsentrasi basa (atau asam) yang konsentrasinya belum diketahui dengan
netralisasi larutan asam (atau basa) yang konsentrasinya telah diketahui.
Prosedur ini disebut dengan titrasi netralisasi.
Contoh soal titrasi netralisasi:
0,500 g NH4Cl tidak murni dipanasakan dengan NaOH
berlebih menghasilkan amonia NH3 yang diserap dalam 25,0 cm3
0,200 mol dm-3 asam sulfat. Diperlukan 5,64 cm3 NaOH
0,200 mol.dm-3 untuk menetralkan asam sulfat berlebih. Hitung
kemurnian NH4Cl.
Jawab
Ingat asam sulfat adalah asam diprotik. Dengan
mengaasumsikan jumlah mol amonia yang dihasilkan x m mol, jumlah mol amonia dan
natrium hidroksida dua kali lebih besar dari jumlah mol asam sulfat. Jadi,
x
(mmol) + 0,200 (mol dm-3) x 5,64 x 10-3 (dm3)=
2 x 0,200 (mol dm-3) x 25,0 x 10-3(dm3)
x
+ 1,128 = 10,0
∴ x = 8,872 (mmol)
Karena massa molar amonium khlorida adalah 52,5, 8,872 mmol
ekivalen dengan 0,466 g amonium khlorida.
Jadi
kemurnian sampel adalah (0,466 g/0,500 g) x 100 = 93 %.
Indikator
Pigmen semacam fenolftalein dan metil merah yang digunakan sebagai
indikator titrasi adalah asam lemah (disimbolkan dengan HIn) dan warnanya
ditentukan oleh [H+] larutan. Jadi,
HIn
ç==èH+
+ In- ….
Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator
disebut dengan interval transisi. Alasan mengapa ada sedemikian banyak
indikator adalah fakta bahwa nilai pH titik ekivalen bergantung pada kombinasi
asam dan basa. Kunci pemilihan indikator bergantung pada apakah perubahan warna
yang besar akan terjadi di dekat titik ekivalen.
Universal
indikator
Tabel
Indikator penting dan interval transisinya.
Indikator
|
interval transisi
|
perubahan warna(asam–>basa)
|
Biru timol
|
1,2-2,8
|
merah –> kuning
|
Metil oranye
|
3,1-4,4
|
merah –> kuning
|
Metil merah
|
4,2-6,3
|
merah –> kuning
|
bromotimol biru
|
6,0-7,6
|
kuning–> biru
|
merah kresol
|
7,2-8,8
|
kuning –> merah
|
Fenolftalein
|
8,3-10,0
|
tak berwarna–> merah
|
alizarin kuning
|
10,2-12,0
|
kuning–> merah
|
Contoh soal:
Titrasi netralisasi campuran, bagaimana menggunakan
indikator.
25
dm3 larutan mengandung NaOH dan Na2CO3
dititrasi dengan 0,100 mol.dm-3 HCl dengan indikator fenolftalein.
Warna indikator hilang ketika 30,0 dm3 HCl ditambahkan. Metil oranye
kemudian ditambahkan dan titrasi dilanjutkan. 12,5 dm3 HCl
diperlukan agar warna metil oranye berubah. Hitung konsentrasi NaOH dan Na2CO3
dalam larutan.
Jawab
Asam karbonat adalah asam diprotik, dan netralisasi
berlangsung dalam reaksi dua tahap
CO32-
+ H+ –> HCO3- ;
HCO3
- + H+ –> H2O + CO2
Tahap
pertama netralisasi campuran NaOH-Na2CO3 tercapai saat
fenolftalein berubah warna.
Perubahan
warna metil oranye menandakan akhir tahap kedua netralisasi natrium karbonat.
Jadi, jumlah NaOH-Na2CO3 adalah 0,100
mol dm-3 x 30,0 x 10-3 dm3 = 3,0 x 10-3
mol
sebagaimana
dinyatakan dalam tahap pertama netralisasi. Jumlah Na2CO3
adalah 0,100 mol.dm-3 x 12,5 x 10-3 dm3 = 1,25
x 10-3 mol sebagaimana dinyatakan dalam tahap kedua netralisasi.
Jumlah NaOH adalah selisih antara kedua bilangan tersebut, 1,75 x 10-3
mol. Jadi
[Na2CO3]
= 1,25 x 10-3 mol/25,0 x 10-3 dm3 = 0,050 mol
dm-3
0 comments:
Post a Comment