Pada blog ini mungkin ada item yang tidak dapat ditampilkan, untuk itu kami menyarankan kepada anda untuk mendownload file Laporannya dalam bentuk Dokumen word.
Untuk Mendownload Laporannya Silahkan klik:
Tampilan Laporannya Seperti:
PERCOBAAN V
Judul : TITRASI ARGENTOMETRI
Tujuan : 1.
Menentukan kadar Cl- dalam air laut.
2. Penentuan kadar Cl- dalam air kran.
3. Menentukan kadar NaCl dalam garam meja.
Hari/
Tanggal : Senin / 1 Desember 2008
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
DASAR TEORI
Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan
berkesudahan, jika kelarutan endapannya cukup kecil. Di dekat titik
ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang dititrasi akan mengalami
perubahan-perubahan besar. Permasalahan yang
mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.
Ada beberapa cara untuk menentukan saat
tercapai titik ekivalen pada titrasi pengendapan:
1. Dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr)
2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut
(cara Volhard)
3. Dengan indikator adsorbs (cara Fajans)
Pada proses disinfeksi air, sering
digunakan klor, karena harganya murah dan mempunyai daya disinfeksikan sampai
beberapa jam setelah pembubuhan (residu klor). Selama proses tersebut klor
direduksi hingga menjadi klorida (Cl-)
yang tidak mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam
keadaan bebas (Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat (NH4Cl,
NHCl2, NCl3). Klor terikat mempunyai daya disinfektan
yang tidak seefisian klor bebas.
Pada titrasi dengan pembentukan endapan
berwarna (cara Mohr) akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode Mohr
dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral
dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4
sebagai indikator. Pada titrasi ion Ag yang berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata.
Larutan bersifat nitrat atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa.
Pada kondisi yang cocok, metode Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut dibanding endapan warna yang terbentuk selama
titrasi. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan
sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena
terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak
hidroksida.
Reaksi
yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-+ 2H- ↔ CrO72-
+ H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH + 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama
larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan
alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan
dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan
tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena
perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak
memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl
sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar
bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral
atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan
indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh
ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator
digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang
dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau
agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna,
ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat
uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada titrasi dengan pembentukan persenyawaan
berwarna yang larut (cara Volhard) kesalahan pada titik akhir sangat kecil,
tetapi larutan harus dikocok dengan kuat pada titik akhir, agar Ag+
yang teradsorpsi pada endapan dapat diadsorpsi. Metode Volhard didasari oleh
pengendapan dari perak tiosianat dalam asam nitrit, dengan ion besi (III)
dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode Volhard
dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida mengingat titrasinya dapat
dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan kation yang lazim mengganggu
dalam metode Volhard.
Pada titrasi dengan indikator adsorpsi
(cara Fajans) diketahui jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang
mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna
dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna,
sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada
endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada
permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah memberikan kesalahan yang
kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan
adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika
endapan memiliki luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas
jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya muatan ion yang besar.
II.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1.
Piknometer : 1 buah
2.
Neraca analitik : 1 buah
3.
Labu ukur : 1 buah
4.
Pipet tetes : 1 buah
5.
Erlenmeyer : 2 buah
6.
Gelas ukur 50 mL : 1 buah
7.
Buret 50 mL +
statif : 1 buah
Bahan yang digunakan :
1.
Cuplikan air
laut, air PDAM, dan garam dapur.
2.
K2CrO4
5%
3.
AgNO3
0,1 M
III.
PROSEDUR KERJA
1.
Penentuan
kadar Cl- dalam air laut
Mengukur berat jenis air laut
dengan piknometer dan mencatat tempat pengambilan sampel. Mengencerkan 25 mL air
laut dalam labu ukur 250 mL. Mengambil 25 mL larutan yang sudah diencerkan,
menambah dengan 5 tetes indikator K2CrO4 5%. Menitrasi
dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata. Melakukan percobaan
sebanyak 2 kali. Menghitung kadar Cl- dalam air laut tersebut.
2.
Penentuan
kadar Cl- dalam air PDAM.
Prosedur sama dengan penentuan kadar Cl-
dalam air laut.
3.
Penentuan
kadar NaCl dalam garam meja.
Menimbang 1,45 g garam meja
(mencatat merknya). Melarutkan dalam labu ukur 250 mL. Mengambil 25 mLlarutan
tersebut. Memasukkan dalam Erlenmeyer, menambah 5 tetes indikator K2CrO4
5%. Menitrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata.
Melakukan percobaan 2 kali, menghitung kandungan NaCl dalam sampel, mencocokkan
dengan kadar yang tertera pada bungkusnya. Menghitung kesalahannya.
IV.
DATA PENGAMATAN
NO
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
A
1
|
Penentuan kadar Cl- dalam air laut
25
mL larutan air laut yang telah diencerkan
|
Larutan bening
|
|
·
Larutan + 5
tetes K2CrO4 5%
·
Larutan + 1 mL
AgNO3
·
Larutan + 2 mL
AgNO3
·
Larutan + 6 mL
AgNO3
·
Larutan + 6,7
mL AgNO3
·
Larutan + 7 mL
AgNO3
·
Larutan + 25 mL
AgNO3
|
·
Larutan kuning
·
Larutan kuning
keruh
·
Larutan kuning
keruh lebih muda
·
Larutan
berendapan kuning jingga
·
Larutan coklat
agak bening, endapan merah bata
·
Larutan merah
hati
·
Larutan merah
bening dan endapan merah bata
|
2
|
25 mL air laut yang
telah diencerkan
·
Larutan + 5
tetes K2CrO4 5%
·
Larutan + 1 mL
AgNO3
·
Larutan + 2 mL
AgNO3
·
Larutan + 4 mL
AgNO3
·
Larutan + 6 mL
AgNO3
·
Larutan + 7 mL
AgNO3
·
Larutan + 8 mL
AgNO3
·
Larutan + 9 mL
AgNO3
·
Larutan + 11 mL
AgNO3
·
Larutan + 13 mL
AgNO3
·
Larutan + 15 mL
AgNO3
·
Larutan + 17 mL
AgNO3
·
Larutan + 19 mL
AgNO3
·
Larutan + 21 mL
AgNO3
|
·
Larutan bening
·
Larutan kuning
·
Larutan kuning
keruh
·
Larutan tambah
keruh, larutan kuning memudar
·
Larutan tetap
·
Larutan kuning,
endapan putih
·
Larutan merah,
endapan putih
·
Larutan merah
bata, endapan merah bening
·
Larutan tetap
·
Larutan merah
bening, endapan makin banyak
·
Larutan merah
terang, endapan merah bata dan semakin banyak
·
Larutan makin
merah bening, endapan merah bata dan masih ada yang mengapung
·
Larutan makin
bening, endapan makin merah
·
Larutan makin
bening, endapan mengapung makin sedikit
·
Larutan bening,
endapan merah bata makin banyak, endapan terapun makin sedikit
|
B
1
|
Penentuan kadar Cl- dalam air PDAM
25 mL air PDAM yang
telah diencerkan
·
Larutan + 5
tetes K2CrO4 5%
·
Menitrasi
dengan AgNO3
|
·
Larutan bening
·
Larutan kuning
·
Larutan merah
bata tanpa endapan pada penambahan 0,5 mL AgNO3
|
2
|
25 mL air PDAM yang
telah diencerkan
·
Larutan + 5
tetes K2CrO4 5%
·
Menitrasi
dengan AgNO3
|
·
Larutan bening
·
Larutan kuning
·
Larutan merah
bata tanpa endapan pada penambahan 0,3 mL AgNO3
|
C
|
Penentuan kadar Cl- dalam garam meja
25
mL larutan garam meja + 5 tetes K2CrO4 5%
Menitrasi
dengan AgNO3
·
Penambahan 1 mL
·
Penambahan 2 mL
·
Penambahan 4 mL
·
Penambahan 6 mL
·
Penambahan 8 mL
·
Penambahan 11
mL
·
Penambahan 17
mL
·
Penambahan 21
mL
·
Penambahan 25
mL
·
Penambahan 27
mL
·
Penambahan 29
mL
·
Penambahan 31
mL
|
·
Larutan kuning
keruh (+)
·
Larutan kuning
pudar, keruh (++)
·
Larutan keruh (+++),
kuning pudar, sedikit berendapan
·
Larutan keruh
(++++), kuning pudar, endapan putih terlihat
·
Larutan keruh
(+++++), kuning pudar, endapan putih bertambah
·
Larutan keruh
(++++++), kuning pucat, endapan putih bertambah banyak
·
Larutan keruh
(++++++++), kuning pucat, endapan putih bertambah banyak
·
Larutan makin
keruh, kuning makin pucat, endapan putih bertambah banyak dan terapung
·
Larutan kuning
kemerahan, endapan bertambah
·
Larutan merah
bata, endapan bertambah
·
Larutan merah
bata makin bening, endapan bertambah
·
Larutan bening,
endapan putih semakin banyak
|
2
|
·
25 mL larutan
garam meja + 5 tetes K2CrO4 5%
·
Menitrasi
dengan AgNO3
·
Penambahan 1 mL
·
Penambahan 9 mL
·
Penambahan 13
mL
·
Penambahan 25
mL
·
Penambahan 28
mL
|
·
Larutan kuning
·
Larutan kuning
keruh
·
Larutan lebih
keruh
·
Mulai ada
percikan merah bata tapi tidak permanen
·
Larutan semakin
keruh terdapat endapan berwarna putih
·
Laarutan merah
kecoklatan, banyak endapan putih
·
Larutan
berendapan putih yang lebih banyak
|
1
2
3
4
5
6
|
Catatan:
·
Merk garam meja
·
Massa piknometer
·
Massa
piknometer + massa air laut
·
Massa
piknometer + air PDAM
·
Massa jenis air
laut
·
Massa jenis air
PDAM
|
·
Bintang 9
·
15,3584 g
·
25,2725 g
·
25,2947 g
·
0,99141 g/ mL
·
0,99363 g/ mL
|
V.
ANALISIS DATA
Dalam
titrasi pengendapan (argentometri) didasarkan pada penggunaan larutan baku
yaitu perak nitrat (AgNO3). Zat yang ditentukan bereaksi dengan zat
peniter akan membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Sehingga,
kesepakatan zat yang ditentukan berkurang selama berlangsungnya proses titrasi.
Perubahan kepekatan itu diamati dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator
atau peralatan yang sesuai. Cara seperti ini mempunyai persyaratan yang ketat,
misalnya terjadi keseimbangan yang serba berlangsung cukup cepat. Oleh karena
itu reaksi-reaksi pengendapan yang lazim
dipakai dalam gravimetri tidak dapat dipakai seluruhnya dalam titrasi
pengendapan. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4
yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral
atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu
warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa
zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada percobaan yang telah dilakukan,
digunakan cara Mohr dalam menentukan saat tercapainya titik ekivalen. Mula-mula
Ag+ akan mengikat Cl- membentuk AgCl ( terbentuk endapan
merah) dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Ag+
+ Cl- AgCl
Penambahan AgNO3 secara terus
menerus akan membuat ion Cl- habis diikat oleh ion Ag+ dari
AgNO3. Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+
selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang berasal dari
indikator K2CrO4 yang ditambahkan dan membentuk endapan
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata, berarti titik akhir
titrasi sudah tercapai sehingga
selanjutnya Ag+ akan berikatan dengan CrO dari K2CrO4
membentuk Ag2CrO4. Persamaan reaksinya adalah
2Ag+
(aq) +
CrO (aq) Ag2CrO4 (s)
Dari percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa
air dari garam laut dan garam meja mengandung Cl-. Hal ini terlihat
dari terbentuknya endapan baru yang berwarna yang menunjukkan jika ion Ag+
telah bereaksi terlebih dahulu dengan Cl- membentuk AgCl, sampai
jenuh dan terbentuk endapan tersebut.
Sedangkan pada PDAM tidak terbentuk endapan baru yang berwarna sehingga
bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak ada ion Cl- yang berikatan
dengan Ag+ dari AgNO3.
Kadar Cl-
yang ada pada garam dapur lebih banyak dari kadar Cl- dalam air
laut. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan kadar Cl-
yang ada pada garam dapur adalah 8,893 % sedangkan kadar Cl- yang
ada pada garam meja adalah sebanyak 11,907 %. Sedangkan kadar Cl-
pada garam dapur antara hasil perhitungan dengan pernyataan kadar dari bungkus
garam tersebut terdapat perbedaan. Jika
dari hasil perhitungan diketahui kadar Cl- dari garam dapur adalah
sebanyak 11,907 % sedangkan pada bungkus tertera angka 98,1 % artinya terdapat
perbedaan kadar sebanyak 86,2%.
VI.
KESIMPULAN
1.
Kadar Cl-
dalam air laut yang sampelnya diambil dari pantai Batakan sebanyak 0,32943%.
2.
Kadar Cl-
dalam air PDAM sebanyak 0%.
3.
Kadar NaCl dalam
garam meja dengan merk bintang 9 adalah sebesar 11,9%.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Day R.A, Jr dan A. L
Underwood, Jr. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi Keenam. Penerjemah Iis Sopyan, Jakarta: Erlangga.
Rivai, Harizul.1995. Asas Pemeriksaan kimia. Jakarta :
UI-Press
Sholahuddin, Arif,
Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan
Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin: FKIP UNLAM.
LAMPIRAN
Perhitungan :
1.
Kadar Cl- dalam air laut
Cl-
(aq) + AgNO3 (aq) AgCl
(s) + NO3- (aq)
Ag+
(aq) + Cl- (aq) AgCl
(s)
M Cl- . V air laut = M AgNO3 . V AgNO3
M Cl- =
=
0,092 M
Massa Cl- =
0,092 M. 25x10-3 L. 35,5 g/mol
=
0,08165 g
Massa piknometer =
15,3584 g
Massa piknometer + air laut = 25,2725 g
Volume piknometer =
10 ml
Massa air laut =
25,2725 g – 15,3584 g
=
9,9141 g
ρ air laut =
=
0, 99141 g/ mL
Massa air laut =
ρ x v
=
0, 99141 g/mL x 25 mL
=
24, 78525 g
Kadar Cl- dalam air laut = x 100%
=
x 100%
=
0, 32943 %
2.
Kadar Cl- dalam air PDAM
Karena tidak terdapat endapan merah bata maka tidak
dapat dihitung kadar Cl- nya.
3.
Kadar NaCl dalam garam meja
·
Menentukan
konsentrasi NaCl
V NaCl . M NaCl =
V AgNO3 .
M AgNO3
25 mL .
M NaCl = 29,5 mL .
0, 1 M
M NaCl = = 0,118 M
·
Mol NaCl
Mol NaCl = V NaCl
. M NaCl
= 25mL
. 0, 118 M
= 2, 95 mmol
= 2, 95 x 10-3 mol
·
Massa NaCl
Massa NaCl = mol NaCl . Mr NaCl
= (2, 95 x 10-3) mol . (23 + 35,5) g/mol
= (2, 95 x 10-3 ) .
58, 5 g
= 0, 17257 g
·
Massa NaCl dalam
sampel
Kadar NaCl = x 100%
= x 100 %
= 11, 9 %
Selisih = 98,1% - 11, 9%
= 86, 2%
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi
argentometri?
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja?
Jawaban Pertanyaan
1. Cara memilih indikator pada titrasi argentometri
adalah dengan memperhatikan sejumlah faktor untuk indikator yang cocok.
Factor-faktor tersebut adalah :
a. AgCl seharusnya diperkenankan untuk mengental menjadi
partikel-partikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan
secara drastic permukaan yang tersedia.
b. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat
sebelum titik ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen.
c. pH dan media titrasi harus dikontrol untuk menjamin
sebuah konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah cukup.
d. Sangat disarankan bahwa ion indikator bermuatan
berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai titran.
2. Cara kerja suatu indikator adsorpsi :
Bila perak nitrat ditambahkan
ke dalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat
halus itu cenderung memegangi pada permukaannya (mengadsorpsi sejumlah ion
klorida berlebihan yang ada dalam larutan itu). Ion-ion klorida ini dikatakan
membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel
koloid perak klorida itu bermuatan negatif, yang cenderung terikat lebih
longgar.
Jika perak nitrat
terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion inilah
menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi
bermuatan positif dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan
sekunder.
(AgCl).Cl | M+
Lapisan
primer | lapisan klorida
| sekunder
berlebih
(AgCl) | Ag+ x
Lapisan
primer | lapisan perak
| sekunder berlebih
Untuk Mendownload Laporannya Silahkan klik:
0 comments:
Post a Comment