Pada laporan ini, terdapat beberapa item yang tidak dapat ditampilkan berupa gambar rumus struktur, logo, dll.
untuk itu kami sarankan untuk preview langsung pada file pdf yang ditampilkan.
Geser ke kursor ke bawah untuk halaman pdf berikutnya.
Laporan Praktikum
TITRASI REDOKS
“PERMANGANOMETRI”
OLEH
NAM : ARIFIN OPUTU
NIM : 821
412 081
KELAS : B
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : ELTRISNAWATI USUMAN
LABORATORIUM
KIMIA ANALISIS
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kimia
Farmasi Analisis merupakan suatu metode untuk memperoleh aspek kualitatif,
kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan
bahan kimia pada umumnya. Ilmu kimia analisis mempunyai keterkaitan dengan
bidang ilmu yang lain, misalnya dengan ilmu statistika, terkait dengan pengolahan
data hasil analisis.
Tujuan
utama dari kimia analisis itu sendiri adalah penentuan komposisi suatu senyawa
dalam suatu bahan atau sampel yang disebut dengan kimia analisis kualitatif,
adapun untuk penentuan
kadar dari komposisi suatu bahan atau sampel biasa disebut kimia analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah
(kadar) absolut atau relatif dari suatu senyawa yang terdapat di dalam suatu
sampel (Gandjar, 2007).
Dalam
analisis kuantitatif ada beberapa metode titrasi yang sering digunakan salah
satunya metode titrasi permanganometri dimana permanganometri merupakan suatu
penetapan kadar atau reduktor dengan jalan dioksidasi dengan larutan baku
Kalium Permanganat (KMnO4) dalam lingkungan asam sulfat encer.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi
ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis, dimana kalium
permanganat merupakan oksidator yang kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat inilah yang telah digunakan
meluas lebih dari 100 tahun (Svehla, 1995).
Dimana
pada percobaan ini di bagi menjadi dua bagian yaitu reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi. Reduksi merupakan suatu reaksi dimana terjadi penerimaan atau penangkapan elektron
serta penambahan hidrogen (H) dan pelepasan oksigen (O) atau turunnya bilangan
oksidasi sedangkan oksidator merupakan suatu reaksi dimana terjadi pelepasan
elektron hidrogen (H) dan penerimaan oksigen (O) (Hardjadi, 1990).
Berdasarkan
penjelasan diatas metode permanganometri digunakan untuk menentukan kadar
reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan menggunakan kalium permanganat
sebagai titran, titrasi ini dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih
mudah mengamati titik akhir titrasinya, kalium permanganat selain sebagai
titran juga bertindak sebagai indikator.
I.2 Maksud dan
Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami prinsip titrasi
permanganometri dalam menentukan kadar besi (Fe) di dalam suatu sampel dengan
menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4).
I.2.2 Tujuan Percobaan
1.
Menentukan pembakuan larutan
Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat.
2.
Menentukan persen kadar besi (II) sulfat di dalam
suatu sampel dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4)
sesuai dengan prinsip titrasi permanganometri.
I.3 Prinsip
Percobaan
Percobaan ini didasarkan pada reaksi (Reduksi
Oksidasi) dimana larutan (KMnO4) bersifat oksidator dari larutan uji
dan sampel bersifat reduktor dan redaksi pada larutan baku KMnO4 sampai
tetap warna merah muda (Hardjadi, 1990).
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Titrasi permanganometri adalah titrasi
berdasarkan prinsip oksidasi reduksi dan digunakan untuk menetapkan kadar
reduktor dalam suasana asam sulfat encer. Larutan baku yang digunakan adalah
larutan KMnO4 (Raymond, 2005).
Kalium Permanganat (KMnO4)
telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari 100
tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat
encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang
jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna
ini dipergunakan untuk mengindikasikan kelebihan reagen
tersebut. Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena Mangan (Mn)
dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7 (Raymond, 2005).
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium
adalah reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau
lebih besar (Raymond, 2005):
MnO4- + 8H+ +
5e- ↔ Mn2+ + 4H2O + Eo =
+1,51 V.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan
banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi
membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat
reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
(Underwood, 1986):
3Mn2+ + 2MnO4- +
2H2O → 5 MnO2(s) +
4H+
Kalium Permanganat bukanlah standar
primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan
murni, bebas sama sekali dari Mangan dioksida. Apa lagi, air yang
dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang
dapat mereduksi Permanganat menjadi Mangan dioksida (MnO2). Adanya
zat ini sangatlah mengganggu, karena akan mempercepat
penguraian dari larutan permanganat setelah didiamkan. Reaksi
Penguraian (Raymond,
2005):
4MnO4- +
2H2O ↔ 4MnO2- + 3O2- +
4OH-
Permanganat
merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 menurut
persamaan (Raymond,
2001):
2MnO4- +
3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+.
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi
sangat cepat dalam larutan netral. Larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dapat distandarisasikan
dengan menggunakan Arsen
(III) oksida atau Natrium Oksalat sebagai larutan standar primer, larutan
standar sekunder meliputi besi logam, dan besi (II) etilenadiamonium sulfat
(etilenadiamina besi (II) sulfat), FeSO4, C2H4(NH3)2SO4,
4H2O (Basset, 1984).
Larutan KMnO4 standar dapat juga
digunakan secara tidak langsung dalam penetapan zat pengoksida, terutama oksida
yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan, oksida semacam itu sukar
dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi logam itu ke
keadaan yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi
zat ini secara langsung karena reaksi dari zat padat dengan zat pereduksi
berjalan lambat (Underwood, 1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan
kuantitasnya yang berlebih diketahui sesuatu zat peruduksi dan dipanasi agar
reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi dengan
Permanganat standar. Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti
As2O3 dan
N2C2O4. Analisis pirolusit, atau
bijih yang mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim
bagi mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HAsO2 (Underwood,
1986):
MnO2(s) + HAsO2 +
2H+ → Mn2+ +
H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar
mudah mengoksidasi ion-ion iodida, sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa
organik dioksidasi oleh kalium permanganat menjadi oksalat, bukan menjadi
karbondioksida (Rivai, 1995).
Larutan baku KMnO4 dibuat
dengan melarutkan sejumlah Kalium Permanganat dalam air, mendidihkannya selama
delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO2 yang
terbentuk, lalu dibakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang
lazim dipakai adalah Natrium Oksalat. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan
tersebut adalah sebagai berikut (Rivai, 1995):
5C2O42- +
2MnO42- + 16H+ → 2Mn2+ +
10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya
warna merah muda yang disebabkan oleh kelebihan Permanganat. Standarisasi
larutan Kalium permanganat dapat dilakukan dengan senyawa Natrium Oksalat (Na2C2O4)
yang juga merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini mempunyai derajat kemurnian yang tinggi, stabil
pada pengeringan dan tidak mudah menguap. Reaksi dengan Permanganat
agak rumit, dan meskipun telah banyak penyelidikan, mekanisme yang eksak masih
belum jelas. Reaksi itu lambat pada temperatur kamar dan karenanya
biasanya larutan dipanaskan yaitu pada suhu sekitar 60oC (Underwood,
1986).
Penetapan titrimetrik terhadap Kalsium dalam
batu kapur seringkali digunakan sebagai latihan mahasiswa. Kalsium
diendapkan sebagai Kalsium Oksalat (CaC2O4). Setelah
disaring dan dicuci, endapan dilarutkan dalam Asam Sulfat dan Oksalatnya
dititrasi dengan Permanganat. Prosedur ini lebih cepat dibandingkan
prosedur Gravimetri (Underwood, 1986).
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Alkohol
(Dirjen POM, 1995)
Nama
resmi : Aethanolum.
Sinonim : Alkohol, etanol, ethyl alkohol.
RM/BM : C2H6O/46,07.
|
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, danmudah bergerak;
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter
P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk,
jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai
zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman serta dapat mematikan dan menghambat
pertumbuhan jamur
II.2.2 Asam Oksalat (Dirjen POM, 1979)
Nama lain : Asam oksalat.
RM / BM : (CO2H)2.2H2O / 126,07
|
Pemerian : Hablur ,tidak berwarna
Kelarutan
: Larut
dalam air dan etanol
Kegunaan : Baku
primer untuk membakukan KMnO4
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
II.2.3 Asam Sulfat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Acidum
sulfuricum
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
|
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat tajam.
Kelarutan : Bercampur
dengan air dan dengan etanol menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Untuk
memberi suasana asam pada larutan
II.2.4 Aquadest (Dirjen POM, 1995)
Nama
resmi : Aqua
destilata
Nama
lain : Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
|
Rumus struktur : LIHAT PDF
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai
pelarut
II.2.5 Besi (II) sulfat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Ferrosi
sulfas
Nama lain : Besi (II)
sulfat
RM/BM : FeSO4/151,90
Rumus struktur : LIHAT PDF
Pemerian : Serbuk, putih, keabuan rasa
logam, sepat
Kelarutan : Perlahan-lahan larut sampai sempurna dalam air bebas CO2
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
II.2.6 Kalium Permanganat
(Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Kalii permanganas
Nama lain : Kalium permanganat
RM/BM : KMnO4/158,03.
|
Pemerian
: Hablur mengkilap, ungu tua atau hampir hitam, tidak berbau, sepat
Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai
titran
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Batang
pengaduk
2. Buret
3. Botol
1 liter
4. Corong
gelas
5. Gelas
kimia
6. Gelas
ukur
7. Kaca
arloji
8. Labu
erlenmeyer
9. Neraca
analitik
10. Pipet
tetes
11. Sendok
tanduk
12. Statif
dan klem
III.1.2 Bahan
1. Alkohol
70 %
2. Aluminium
foil
3. Aquadest
4. Asam
oksalat (H2C2O4)
5. Asam
sulfat (H2SO4)
6. Besi
(II) Sulfat (FeSO4)
7. Kertas
Perkamen
8.
Kalium Permanganat (KMnO4)
9. Tissue
III.2 Cara
Kerja
III.2.1 Pembuatan
larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akandigunakan.
2. Dibersihkan
alat yang akan digunakan dengan alkohol 70%.
3. Ditimbang
kalium permanganat sebanyak 1,58 g, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia.
4. Dilarutkan
dengan aquadest sampai 500 mL.
6. Dituang
ke dalam botol berukuran 1 L
III.2.2 Pembakuan
larutan KMnO4 (0,1 N) dengan asam oksalat (H2C2O4)
1.
Disiapkan alat dan bahan.
2.
Dibersihkan alat yang akan
digunakan dengan alkohol 70%.
3.
Dilarutkan lebih kurang 0,64
g asam oksalat dalam 100 mL air.
4.
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
aduk sampai larut.
5.
Dituangkan asam oksalat (H2C2O4)
sebanyak 25 mL ke dalam labu erlenmeyer.
6.
Ditambahkan asam sulfat H2SO4
sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer yang sudah berisi larutan asam
oksalat.
7.
Dititrasi dengan larutan kalium
permanganat (KMnO4)
0,1 N yang sudah ada pada buret.
8.
Diaduk secara tetap hingga muncul warna merah
muda yang tahan selama 15 detik
9.
Dilihat dan dicatat volume titrasi.
III.2.3
Penetapan kadar Besi (II) Sulfat (FeSO4)
1. Disiapkan
alat dan bahan.
2. Dibersihkan
alat yang digunakan dengan alkohol 70%.
3. Ditimbang
seksama FeSO4 sebanyak
0,25 g.
4. Dimasukkan
ke dalam gelas kimia.
5. Dilarutkan
dengan aquadest sebanyak 6,25 mL.
6. Ditambahkan
asam sulfat sebanyak 6,25 mL.
7. Diaduk
hingga tercampur.
8. Dititrasi
dengan larutan KMnO4 (0,1
N) yang sudah ada pada buret.
9. Diamati
perubahan warna sampai terbentuk warna merah muda yang stabil pertama kali.
10. Dicatat
volume titrasinya.
11. Dibuat
duplo (diulangi cara 3-10).
12. Dirata-ratakan
volume titran yang digunakan.
13. Ditentukan
kadarnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
V.1 Tabel
pengamatan
IV.1.1 Pembakuan larutan KMnO4 0,1 N
Sampel
|
Bobot sampel
|
Volume (mL)
|
Normalitas (N)
|
Perubahan warna
|
||
Titrat
|
Titran
|
Titrat
|
Titran
|
|||
H2C2O4
|
0,64 g
|
25
|
28
|
0,1029
|
0,19208
|
Bening, merah muda
|
V.1.2 Penetapan kadar FeSO4
Sampel
|
Bobot sampel
|
Volume (mL)
|
Normalitas (N)
|
Perubahan warna
|
||
Titrat
|
Titran
|
Titrat
|
Titran
|
|||
FeSO4
|
0,65 g
|
12,5
|
28
|
0,132
|
0,0998
|
Bening, merah muda
|
IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Pembuatan
Larutan KMnO4 0,1
N
Dik : g = 1,58 gram
BE =
=
=
31,606
V =
500 mL = 0,5 L
Dit : N =……?
Peny : N =
=
=
0,0998 N
IV.2.2 Pembakuan
KMnO4 dengan
H2C2O4
Ø Normalitas
H2C2O4
Diketahui :
g = 0,64 g
BE =
=
=
63,035
V =
100 mL = 0,1 L
Ditanya : N =……..?
Penyelesaian : N =
=
=
=
0,1015 N
Ø Normalitas
KMnO4
Diketahui :
V1 KMnO4 =
15 mL
V2
H2C2O4 = 0,1029 N
V1
H2C2O4 = 25 mL
Ditanya : N1
=
…….?
Penyelesaian : V1.N1 = V2.N2
15.N1 = 25 mL . 0,1029 N
N1 =
N1 = 0,1715 N
IV.2.3 Penetapan Kadar FeSO4
Ø Normalitas
FeSO4
Diketahui : g = 0,25 g
BE =
151,9
V = 12,5 mL = 0,0125 L
Ditanya : N = …….?
Penyelesaian : N =
=
= 0,132 N
Ø %
Kadar FeSO4
Diketahui : Vtitran = 17,85 mL
Ntitran =
0,1 N
BE = 151,9
Berat
sampel= 0,25 g = 250 mg
Ditanya : % kadar
FeSO4= ……?
Penyelesaian : %
=
x
100%
=
x
100 %
=
108,6 %
IV.3 Perhitungan Bahan
IV.3.1 Pembuatan larutan KMnO4 (Dirjen POM, 1979)
Dalam Farmakope Indonesia pembuatan KMnO4
3,3 g dalam 1000 mL. Namun karena yang digunakan sebanyak 500 mL, maka
ditimbang:
Diketahui : A1 = 3,3
B1 = 1000 mL
B2 = 500 mL
Ditanya : A2 = ....?
Penyelesaian:
=
1000
A2 = 1650
A2 =
1,65 g
VI.3.2 Pembuatan larutan H2C2O4 (Dirjen
POM, 1979)
Dalam Farmakope Indonesia pembuatan H2C2O4
6,45 g dalam 1000 mL. Namun karena yang digunakan sebanyak 100 mL, maka
ditimbang:
Diketahui : A1 = 6,45
B1 = 1000 mL
B2 = 100 mL
Ditanya : A2 = ....?
Penyelesaian :
=
1000
A2 = 645
A2 =
0,64 g
IV.3.3
Pembuatan larutan FeSO4 (Dirjen POM, 1979)
Dalam Farmakope Indonesia pembuatan FeSO4
8 g dalam 100 mL. Namun karena yang digunakan sebanyak 6,25 mL, maka ditimbang:
Diketahui : A1 = 1 g
B1 = 100 mL
B2 = 6,25 mL
Ditanya : A2 = ....?
Penyelesaian :
=
A2 =
0,0625 g
IV.4 Reaksi-Reaksi
IV..3.1 Reaksi Pembuatan
KMnO4
4KMnO4 + 2H2O
4KOH + 4MnO2 + 3O2
IV.3.2 Reaksi
Pembakuan Kalium Permanganat dengan Asam
Oksalat
IV.3.3 Reaksi
Penentuan Kadar FeSO4
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini digunakan metode
permanganometri dimana titrasi
didasarkan pada reaksi redoks. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan
yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam
larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi
bolak-balik, sedangkan potensial elektroda sangat bergantung pada pH.
V.1 Pembuatan larutan baku kalium
permanganat (KMnO4) 0,1 N
Pada
percobaan kali ini kami membuat terlebih dahulu larutan baku KMnO4. Dimana
disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian
dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 %, setelah itu ditimbang kalium permanganat
sebanyak 1,58 g dan dilarutkan dalam 500 mL air
di dalam gelas kimia. Kemudian dituang kedalam botol 1 liter dengan
menggunakan corong yang dilapisi kertas saring dan dikocok sampai benar-benar
larut lalu didiamkan selama 2 hari. Setelah didiamkan larutan KMnO4 disaring
dengan menggunakan kertas saring. Dimana
menurut Anonim (2010) tujuan penyaringan
yaitu agar bebas dari MnO2. Setelah itu dimasukan kembali ke
dalam botol coklat 1 liter dan diberi label KMnO4.
V.2 Pembakuan larutan KMnO4 (0,1 N) dengan asam
oksalat (H2C2O4)
Langkah selanjutnya pembuatan larutan baku KMnO4 dengan menggunakan asam oksalat sebagai
larutan baku karena asam oksalat sangat baik dalam keadaan asam sehingga akan
lebih memudahkan titrasinya. Sebelum melakukan pembakuan KMnO4
dibuat terlebih dahulu larutan asam oksalat, disiapkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang akan digunakan, kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 %,
kemudian ditimbang asam oksalat sebanyak 0,64 g dan dilarutkan dalam air
sebanyak 100 mL didalam gelas kimia diaduk sampai larut, setelah larut masukan
ke dalam botol 100 mL. Pada pembakuan kali ini tidak menggunakan indikator
karena KMnO4 juga dapat bertindak sebagai indikator.
Setelah
itu dibuat pembakuan KMnO4 dengan H2C2O4.
Dengan menuangkan
asam oksalat (H2C2O4) sebanyak 25 mL ke dalam labu
erlenmeyer lalu ditambahkan asam sulfat (H2SO4) sebanyak
5 tetes ke dalam labu erlenmeyer yang sudah berisi larutan asam oksalat. Menurut Farmakope Indonesia edisi III
(1979), penambahan bertujuan
untuk menjaga konsentrasi ion hidrogen yang tetap dalam larutan titrasi, juga
untuk mencegah pembentukan mangan dioksida dan mencukupi kebutuhan ion hidrogen
mereduksi permanganat, kemudian dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4)
0,1 N yang sudah ada pada buret sambil
dikocok, titrasi dihentikan sampai terjadi perubahan warna merah muda yang
tahan selama 15 detik dan catat volume larutan baku pada titran. Volume
titran yang terpakai pada saat tittrasi sebanyak 17,85 mL,dan hasil
normalitas yang diperoleh adalah 0,1015 N.
V.3 Penetapan kadar Besi (II) Sulfat (FeSO4)
Proses
terakhir percobaan ini yaitu menetapkan
kadar Besi (II) Sulfat (FeSO4), langkah pertama disiapkan alat dan
bahan dan dibersihkan alat yang digunakan dengan alkohol 70% kemudian
ditimbang seksama FeSO4 sebanyak
0,25 g dan dimasukkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 6,25 mL, setelah itu, ditambahkan
asam sulfat sebanyak 6,25 mL secara pelahan sambil diaduk. Menurut Basset (1984), hal
ini bertujuan untuk mencegah endapan terjadi terlalu cepat. Kemudian
diaduk hingga tercampur rata dan dititrasi dengan larutan KMnO4
(0,1 N) yang sudah ada pada buret sambil
diamati perubahan warna,
sampai terbentuk warna merah muda yang stabil pertama kali. Dicatat volume titrasinya dibuat duplo
(diulangi cara 3-10) alasan dibuat duplo untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat. Dari hasil titrasi diatas, diperoleh kadar besi (II) sulfat
sebanyak 108,6 %. Hal ini tidak signifikan dengan Farmokope Indonesia Edisi III (1979), dimana dinyatakan bahwa persen kadar FeSO4 adalah ≤ 80,0 %.
BAB
VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari
praktikum kali ini diperoleh kesimpulan, yakni sebagai berikut :
1. Pembakuan
larutan Kalium Permanganat dengan Asam oksalat
adalah 0,1029 N.
2. Persen
kadar besi (II) sulfat di dalam suatu sampel dengan menggunakan larutan standar
kalium permanganat (KMnO4) adalah 108,6
%.
VI.2
Saran
·
Saran kepada praktikan
Diharapkan praktikan lebih serius dalam
mengikuti praktikum, agar dapat memahami bagaimana cara, kesimpulan menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam
basa dengan larutan basa yang sudah di ketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
·
Saran kepada laboratorium
Diharapkan
agar fasilitas yang ada di dalam laboratorium lebih dilengkapi lagi, dan untuk
alat-alat yang sudah tidak layak lagi untuk digunakan, di harapkan untuk
diganti atau diperbaiki, agar kiranya dapat menunjang pelaksanaan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Pembahasan Titrasi Redoks. (Online). (Available As: www. scribd. com/ doc/ 132360819/ Pembahasan -Titrasi-Redoks, diakses tanggal 9 mei 2013).
Anonim. 2011. Pembahasan Titrasi Redoks. (Online). (Available As: http://belajarkimia.com, diakses
tanggal 9 mei 2013).
Basset, dkk.1984. Buku ajar Vogel Kimia analisis kuantitatif anorganik. Kedokteran EGC: Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope indonesia edisi ketiga. Depkes
RI: Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope indonesia edisi keempat.
Depkes RI: Jakarta.
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka pelajar: Yogyakarta.
Raymond. 2001. Kimia Dasar Edisi Ketiga. Erlangga: Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Gramedia: Jakarta
Rivai. 1995. Asas pemeriksaan kimia. Penerbit
Universitas Indonesia: Jakarta.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi mikro.
PT Kalman
media pusaka: Jakarta.
Underwood. 1986. Kimia analisis kuantitatif. Erlangga:
Jakarta.
Wunas, Y dan S Susanti. 2011. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi
kedua). Universitas Hasanuddin: Makassar.
0 comments:
Post a Comment