Laporan Praktikum
BOTANI
SEL EPIDERMIS
OLEH
KELOMPOK 2
1. ARIFIN OPUTU
2. DIAN SUKMAWATI DALU
3. HARIYATI ARSYAD
4. JELITA N.F.P IBRAHIM
5. KARTIN LAMATO
6. MEGAWATI
7. NUR FATMAWATI
8. TRISUSANTY LIHU
9. TUTRIYANTI
ASISTEN :
EKA PRATAMA YUSRAN GUSTI HEMU
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada dasarnya sel-sel dengan struktur khusus yang berfungsi sebagai jaringan pelindung adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan pelindung berperan untuk mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi perubahan suhu yang ekstrim, dan menjaga kehilangan zat-zat makanan dari tumbuhan. Sel-sel epidermis beserta derivatnya terletak pada seluruh bagian tubuh tumbuhan paling luar, sehingga membentuk suatu sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit. Jaringan kulit terdiri dari epidermis, stomata, trikoma, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silica, dan lain-lain (Anonim, 2012).
Epidermis merupakan lapisan sel teluar dari daun, bagian bunga, buah dan biji, serta dari batang dan akar sebelum menjalani penebalan sekunder. Epidermis merupakan bagian dari jaringan pelindung pada tumbuhan. Fungsinya antara lain ialah melindungi jaringan lain yang ada di bawahnya. Epidermis berasal dari jaringan meristem, lebih tepatnya yaitu protoderma, dan berdifferensiasi menjadi jaringan pelindung berupa epidermis. Jaringan epidermis juga dapat berkembang dan mengalami modifikasi menjadi sel rambut akar, sel penutup rambut akar, dan spina (Anonim, 2012).
Praktikum kali ini kita mempelajari tentang epidermis dan modifikasinya (derivat), sehingga nanti kita dapat mengidentifikasi beberapa fungsi dari epidermis dan sistem-sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit yang terdiri dari epidermis, stomata, trikoma, sel-sel kipas, dan sel-sel khusus lainnya (Tim teaching Botani farmasi UNG, 2012).
I.2 Manfaat dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Manfaat Percobaan
Berdasarkan latar belakang percobaan ini diharapkan,
1. Mahasiswa mampu mengamati sistem-sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit yang terdiri dari epidermis, stomata, trikoma, sel-sel kipas, dan sel-sel khusus lainnya.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi fungsi dari epidermis, stomata, trikoma, sel-sel kipas.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengamati bagian-bagian lapisan epidermis dan modifikasinya, yaitu stomata dan trikoma pada daun jagung (Zea mays), daun kumis kucing (Orthosipon stamineus), daun Alpukat (Persea americana), dan pada daun sukun (Arthocarpus communis).
2. Mengidentifikasi fungsi lapisan epidermis dan modifikasinya, yaitu stomata dan trikoma pada daun jagung (Zea mays), daun kumis kucing (Orthosipon stamineus), daun Alpukat (Persea americana), dan pada daun sukun (Arthocarpus communis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
1. Sel Epidermis
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti atas, derma berarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal dari meristem primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan merupakan jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya tampak berbentuk macam-macam, seperti misalnya isodeamitris yang memanjang, berlekuk-lekuk atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari sel-sel epidermis kenyataannya begitu rapat sehingga karenanya diantara sel-sel tidak terdapat ruang-ruang antar sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma yang walaupun hanya sedikit yang melekat pada dinding selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu masih hidup (Sutrian, 2004).
2. Susunan Sel Epidermis
1. Dinding Sel
Tebal dinding sel epidermis berbeda-beda, ada yang berdinding tipis, ada yang dinding periklinal luar atau dinding periklinal luar dan dalam lebih tebal daripada dinding antiklinalnya. Pada sisi luar dinding selulosa sebelah luar biasanya terdapat lapisan yang mengandung pektin yang memungkinkan terlepasnya kutikula dari daun dengan dibantu oleh pektinase atau dengan cara lainnya (Campbell, 2005).
1. Protoplas
Protoplas pada epidermis kebanyakan tumbuhan mengandung leukoplas dan tidak memiliki kloroplas. Pada beberapa pteridophita, tumbuhan air, serta tumbuhan yang hidup ditempat teduh, bisa ditemukan kloroplas. Antosian terdapat di vakuola sel epidermis sejumlah besar tumbuhan seperti zebrine pendula dan batang, tangkai daun ricinus communis. Selain itu, tanin, lender dan kristal dapat pula ditemukan di sel epidermis (Anonim, 2012).
2. Derivat Epidermis
1. Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani : stoma yang mempunyai arti lubang atau porus. Esau mengartikan sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada di antaranya. Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-masing dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel penutup. Guard cell adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi, juga dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya. Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, jadi terutama sekali pada daun-daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air terdapat pula alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat tersebut bukanlah stomata (Sutrian, 2004).
Sel yang mengelilingi stomata dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya, sel yang berbeda bentuk itu dinamakan sel tetangga. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuahan diatas tanah, paling banyak ditemukan pada daun. Pada daun, stomata ditemukan dikedua permukaan daun atau pada satu muka saja, biasanya pada permukaan bawah. Sel penutup biasanya mengadakan kloroplas sehingga bisa berlangsung fotosintesis. Sel penutup umumnya berbentuk ginjal, tetapi pada tumbuhan monokotil ada yang berbentuk halter. Dimungkinkan ada hubungan antara bagian dalam tubuh tumbuhan dengan dunia luar lingkungan, hal ini sangat berguna bagi proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Stomata berasal dari sel protoderm yang terdapat pada meristem apikal (Fahn, 1991).
Pada dikotil dapat dibagi menjadi empat jenis stomata berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup yaitu (Hidayat, 1995) :
1. Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umumnya terdapat pada Ranunculacae.
2. Jenis anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada Crucifirae.
3. Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup celah. Jenis ini umumnya terdapat pada Rubiaciae.
4. Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel tetangga. Jenis ini umum terdapat pada Acanthaciae.
Selain itu juga terdapat tiga kategori sel penutup, yaitu :
1.Mesogen, sel penutup dan sel yang ada di dekatnya yang dapat berkembang atau tidak berkembang menjadi sel tetangga. Memiliki asal yang sama.
2.Perigen, sel yang di dekat stomata yang tidak memiliki asal yang sama dengan sel penutup.
3.Mesoperigen, sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki hubungan langsung dengan stomata, sementara sel yang lain tidak.
Fungsi stomata pada daun adalah sebagai tempat pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida, pengatur penguapan (Fahn, 1991).
2. Trikoma
Trikoma dalam arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta fungsinya memang bervariasi. Trikoma terdapat pada hampir semua organ tumbuh-tumbuhan (pada epidermisnya). Jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuhan itu masih hidup. Disamping itu terdapat juga trikoma yang hidupnya hanya sebentar. Trikoma ini biasanya tumbuh lebih dahulu menjelang atau dalam hubungan dengan pertumbuhan organ tumbuhannya. Ditinjau dari susunannya dapat dibedakan menjadi dua, trikoma yang uniseluler dan multiseluler. Sedangkan menurut bentuknya trikoma juga dibagi menjadi dua, trikoma sebagai rambut dan trikoma sebagai sisik (Sutrian, 2004).
Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk tonjolan dalam bantuk rambut atau trikoma. Trikoma dapat tersebar dalam bentuk tunggal, tetapi adakalanya bergerombol. Trikoma dapat terdiri dari sel tunggal atau beberapa sel bergabung dengan berbagai bentuknya. Mulai dari bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai membentuk bangunan komplek yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel penyusun trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn, 1991).
Penggunaan trikoma dalam taksonomi sangat dikenal. Beberapa famili dapat dengan mudah diidentifikasi dengan adanya tipe atau tipe istimewa berbentuk rambut. Pada kasus yang lain rambut itu penting untuk klasifikasi genus dan spesies dan dalam analisis hibrid antar spesies. Secara garis besar trikoma dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu trikoma tanpa kelenjar dan trikoma berkelenjar (Fahn, 1991).
Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : trikoma yang tidak menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak, rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut akar. Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut gatal, dan trikoma yang menghasilkan nektar (Hidayat, 1995).
II.2. Uraian Tanaman
1. Tanaman Jagung (Zea mays)
a. Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Classis :Monocotyledonae
Ordo :Graminae
Familia :Graminaceae
Genus :Zea
Species :Zea mays L.
Familia :Graminaceae
Genus :Zea
Species :Zea mays L.
b. Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serelia) dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.
2. Kumis Kucing (Orthosipon stamineus)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Spesies : Orthosipho
stamineus
b. Deskripsi
Kumis kucing berbentuk semak, batangnya basah, tingginya bisa mencapai 1,5 meter itu. Bisa tumbuh di tempat yang kering maupun basah pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, tanaman ini memiliki daun berbentuk telur taji, tepi daunnya bergerigi kasar. Bunganya mengeluarkan benang sari dan putik berwarna putih atau ungu. Khasiat Kumis Kucing sangat banyak sekali. Tanaman herbal yang satu ini memang mampu mengobati atau sebagai pencegahan berbagai penyakit antara lain: Infeksi Ginjal, Infeksi Kandung kemih, Kencing batu, Encok, Peluruh air seni, menghilangkan panas dan lembab.Pemanfaatan dari kumis kucing ada pada seluruh tumbuhan, basah atau kering (dianginkan dahulu, lalu dijemur di panas matahari). Tumbuhan kumis kucing menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid dan senyawa fenol seperti diterpenoid jenis isopimaran, flavonoid, benzokromen, dan turunan asam organik.
3. Sukun (Arthocarpus communis)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus
communis Forst
b. Deskripsi
Pohon sukun banyak ditanam di pekarangan dan telah dikenal masyarakat luas. Bentang keragaman genetiknya sangat luas, dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Papua. Sukun adalah salah satu jenis tanaman dari famili Moraceae dengan nama botanis Artocarpus altilis. Sukun dapat tumbuh hampir disemua tipe lahan dan jenis tanah di Indonesia, pada ketinggian tempat 0 m – 700 m dpl, namun tumbuh optimal pada ketinggian 0 m – 400 m dpl, dengan tanah alluvial yang kaya humus. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah1500 mm – 2500 mm/th dengan kelembaban 70% - 90%. Tanaman sukun berbuah pada umur 4 tahun, tetapi pada lingkungan yang sesuai seringkali berbuah pada umur 3 tahun. Satu batang pohon sukun dapat menghasilkan 50 – 100 buah setiap panen atau 100 kg – 150 kg (rata-rata berat buah berkisar 1,5 kg- 2 kg).
Habitus: pohon, tinggi 10-25 meter. Batang: tegak, berkayu, bulat, percabangan simpodial, cokelat. Daun: tunggal, tersebar, panjang 40-60 cm, lebar 30-35 cm, tepi bertoreh, ujung meruncing, pangkal membulat, pertulangan menjari, daging daun tebal, permukaan licin, tulang daun menonjol, permukaan atas berbulu, hijau, tangkai bulat, panjang 4-3 cm, hijau. Bunga: tunggal, di ketiak daun, tangkai silindris, panjang 2-3 cm, hijau muda, kelopak lonjong, permukaan bagian dalam licin, bagian luar berambut, kehijauan, mahkota lonjong, kuning kehijauan. Buah: buni, lonjong, diameter 6-10 cm, permukaan bergerigi tumpul, teratur, bergetah, hijau. Biji: lonjong, pipih, cokelat. Akar: tunggang, cokelat.
4. Alpukat (Persea americana)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus
communis Forst
5. Deskripsi
Pohon, dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter. Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah apokat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut.
II.3 Prosedur
II.3.1 Cara Membuat Preparat
1. Diletakkan setetes reagen atau air dengan pipet pada kaca objek yang bersih tidak berlemak atau berdebu (diusahakan membersihkannya dengan air. Kemudian dengan alkohol 70% yang tersedia)
2. Dibuat sayatan dari objek yang hendak dilihat setipis mungkin
3. Dipindahkan sayatan dengan menggunakan pinset atau jarum, dan diletakkan di dalam tetes reagen.
4. Ditutup dengan deck glass yang juga telah bersih, tidak berlemak dan berdebu dengan cara sebagai berikut: satu sisi di taruh pada tetesan sehingga cairan melekat padanya sepihak saja, sisi berhadapan ditahan dengan pinset atau jarum, kemudian diturunkan perlahan-lahan sampai seluruh objek tertutup. Bila tetesan terlampau besar, maka kelebihan air harus diserap segera dengan kertas isap bila tidak, air dapat menempel pada lensa objektif dan berlaku sebagai lensa-lensa kecil yang mengganggu pemandangan. Bila zat yang dipakai bukan air maka dapat merusak lensa. Tetesan yang terlampau kecil dapat diperbesar dengan menambahkannya melalui sisi deck glass. Usahakan pula agar jangan ada gelembung udara di bawah deck glass.
II.4 Uraian Bahan
II.4.1 Air
Pada praktikum kali ini, air digunakan untuk menetesi reagen, mencuci bahan dan membersihkan alat. (Tim Teaching Botani Farmasi UNG, 2012).
II.4.2 Alkohol 70%
1. Pada praktikum kali ini, selain dibutuhkan bahan-bahan untuk membuat preparat, alkohol merupakan bahan yang penting yang digunakan untuk membantu proses praktikum agar mendapatkan hasil yang diharapkan.
2. Alkohol mempunyai rumus kimia C2H5OH atau C2H6O. Cairannya tidak berwarna; jernih; mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Alkohol sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter. P. adapun untuk penyimpanan, alkohol harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, dan jauh dari nyala api. (Suwardjono Suryaningrat dkk, 1979).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum yakni pada hari Selasa, 11 Desember 2012. Bertempat di Laboratorium Farmakognosi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat-alat
1. Cutter
2. Deck glass
3. Kaca objek
4. Mikroskop
5. Pipet
6. Pinset
7. Silet
III.2.2 Bahan-bahan
1. Air
2. Aquades
3. Alkohol 70%
4. Daun Jagung (Zea mays)
5. Daun Kumis Kucing (Orthosipon stamineus)
6. Daun Alpukat (Persea americana)
7. Daun Sukun (Artocarpus comunis)
8. Tisu
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Cara Membuat Preparat
1) Diteteskan air dengan pipet pada kaca objek yang bersih, tidak berlemak atau berdebu (diusahakan membersihkannya dengan air, kemudian dengan alkohol 70 % yang tersedia).
2) Dibuat sayatan dari objek yang akan diamati setipis mungkin.
3) Diletakkan sayatan objek diatas kaca objek yang telah ditetesi air.
4) Ditutup dengan deck glass yang juga telah bersih tidak berlemak dan berdebu.
III.3.2 Cara Kerja Percobaan
1. Daun Jagung (Zea mays)
Preparat : Penampang permukaan daun Jagung (Zea mays) dalam air.
Tata kerja :
a. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
b. Diambil preparat dan diiris setipis mungkin.
c. Diletakkan di atas permukaan objek gelas dan ditutup.
d. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
e. Digambar sel-sel epidermis beserta stomatanya.
2. Daun Kumis Kucing (Orthosipon stamineus)
Preparat : Irisan epidermis bawah daun Kumis Kucing (Orthosipon stamineus) dalam air.
Tata kerja :
a. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
b. Diambil preparat dan diiris setipis mungkin.
c. Diletakkan di atas permukaan objek gelas dan ditutup.
d. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
e. Digambar sel-sel epidermis beserta stomatanya.
3. Daun Alpukat (Persea americana)
Preparat : Penampang permukaan bawah daun Alpukat
(Persea americana) dalam air.
Tata kerja :
a. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
b. Dibuat preparat basah dari preparat diatas.
c. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
d. Digambar dan disebutkan macam-macam tipe stomata dari preparat di atas.
4. Daun Sukun (Artocarpus communis)
Preparat : Irisan permukaan bawah daun Sukun
(Artocarpus communis) dalam air.
Tata kerja :
a. Disiapkan mikroskop sesuai prosedur penggunaannya.
b. Dibuat preparat basah dari preparat diatas.
c. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
d. Digambar dan disebutkan macam-macam tipe stomata dari preparat di atas.
e. Dibuat kesimpulan pengamatan dari preparat di atas.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Stomata
Penampang membujur daun jagung (Zea mays)
Stomata
|
Gambar Pengamatan
|
Stomata
|
Gambar Literatur
|
Penampang membujur daun kumis kucing (Orthosipon stamineus)
Stomata
|
Gambar pengamatan
|
Stomata
|
Gambar Literatur
|
Penampang membujur daun alpukat (Persea americana)
Stomata
|
Gambar Pengamatan
|
Stomata
|
Gambar Literatur
|
IV.1.2 Trikoma
Penampang membujur daun Sukun (Arhtocarpus communis)
Trikoma
|
Gambar Pengamatan
|
Trikoma
|
Stomata
|
Gambar Literatur
|
IV.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengamati epidermis dan modifikasinya pada jaringan tumbuhan. Adapun prosedur praktikum yang dilakukan, dimulai dari langkah pertama yaitu persiapan alat dan bahan serta bagian-bagian tanaman yang akan dibuat preparat. Setelah dipastikan lengkap, kemudian dibuat preparat dengan mengiris tiap-tiap bagian tanaman yang telah disiapkan hingga menjadi sayatan yang sangat tipis. Pembuatan preparat dalam hal ini sayatan, dipastikan benar-benar tipis dan tidak membuat deck glass yang akan menutupinya miring atau tidak melekat dengan baik ketika ditutup. Hal ini sesuai teori yang ada, bahwa deck glass yang tidak melekat dengan baik di atas kaca preparat akan menyebabkan terjadinya gelembung air di bagian dalam deck glass tersebut, sehingga akan mengganggu ketika pengamatan di bawah mikroskop (Tim teaching botani farmasi UNG, 2012). Selanjutnya, preparat diletakkan pada kaca preparat lalu ditetesi dengan air bersih menggunakan pipet tetes. Dalam hal ini, air yang diteteskan cukup 1-2 tetes saja, untuk mencegah terbentuknya gelembung udara di bagian luar deck glass. Adapun kelebihan air yang disebabkan oleh tetesan air yang terlalu besar, diserap dengan menggunakan tisu. Sebagaimana teori yang ada bahwa tetesan kelebihan air harus diserap dengan menggunakan kertas isap, sebab bila tidak, air dapat menempel pada lensa objektif dan berlaku sebagai lensa-lensa kecil yang mengganggu pemandangan (Tim teaching, 2012). Adapun tujuan ditetesinya preparat dengan air, adalah menjaga agar sayatan tetap segar sebab pada keadaan aslinya sel tumbuhan memang sudah mengandung air. Dengan adanya air yang diteteskan, maka penampakan organ tumbuhan pada mikroskop akan seperti pada aslinya sebagaimana yang terdapat dalam tumbuhan utuh. Setelah ditetesi air, preparat ditutup dengan menggunakan deck glass. Dalam hal ini, deck glass dan kaca preparat yang akan digunakan dipastikan benar-benar bersih. Untuk itu digunakan alkohol 70% untuk mensterilkan kaca preparat dan deck glass sebelum meletakkan preparat di atasnya. Tujuan digunakannya alkohol, adalah agar tidak ada bakteri atau unsur lain yang ikut teramati ketika preparat berada di bawah mikroskop, sehingga yang diamati benar-benar hanyalah perparat yang dimaksud. Setelah preparat siap untuk diamati, perbesaran mikroskop diatur mulai dari yang paling lemah. Seiring dengan ditambahkannya perbesaran pada mikroskop, setiap perubahan pada pengamatan dicatat dan diambil gambarnya menggunakan kamera digital/ kamera handphone agar dapat diamati bentuk organ-organ tumbuhan.
Adapun berdasarkan hasil pengamatan yang ada, didapatkan bahwa modifikasi epidermis yang terdapat pada sel daun jagung (Zea mays), dan sel daun kumis kucing (Orthosipon stamineus), dan sel daun alpukat (Persea americana) adalah stomata yang berbentuk seperti mulut pada permukaan bawah daun, sedangkan modifikasi epidermis yang terdapat pada sel daun sukun, yakni trikoma yang berbentuk seperti rambut pada permukaan daun. Dengan adanya hasil yang ada, didapatkan bahwa modifikasi yang terdapat pada epidermisn tiap-tiap preparat teramati sesuai dengan teori yang ada, bahwa pada setiap sel tumbuhan yang diamati dalam praktikum ini merupakan sel yang mempunyai modifikasi (derivat) epidermis. Adapun di dalam praktikum ini, masih terdapat beberapa hal yang menghambat praktikan dalam menyusun laporan hasil pengamatan. Hal ini merupakan beberapa faktor yang saling berkaitan yang kami sebut faktor kesalahan.
Faktor kesalahan menyebabkan kurang baiknya hasil pengamatan yang didapatkan. Beberapa faktor tersebut, yakni keterbatasan kemampuan praktikan membuat sayatan tipis preparat, sehingga waktu banyak terbuang pada tahap pengirisan saja. Hal ini berakibat pada tahap selanjutnya, misalnya saat tahap peletakan, seperti sayatan terlipat atau terbalik akibat terburu-buru dengan waktu yang tersisa sehingga tahap pengamatan tidak berlangsung secara maksimal.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Setiap sel tumbuhan memilki sel epidermis sebagai sel terluar yang belum mengalami pertumbuhan sekunder, yang setiap sel epidermis memiliki alat-alat tambahan atau derivat (modifikasi).
2. Epidermis dan derivatnya yaitu stomata dan trikoma memiliki bentuk dan fungsinya masing-masing dan bervariasi.
V.2 Saran
Diharapkan untuk menambah dan melengkapi fasilitas-fasilitas yang terdapat di laboratorium, misalnya saja ketersediaan mikroskop dan alat-alat lain yang langsung di gunakan dalam pengamatan. Dan kepada asisten dosen diharapkan agar tetap sabar dalam membimbing praktikan dalam melakukan berbagai aktivitas praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.Epidermis.(online).http://juwilda.files.wordpress.com/2010/10/microsoft-word-epidermis.pdf (Diakses tanggal 14 Desember 2012).
Campbell, Neil A. 2005. Biologi. Jakarta : Erlangga
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung : ITB
Loveless A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama
Sutrian, Yayan Drs. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka Cipta
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
ALAT-ALAT
Gambar 1. Cutter Gambar 2. Deck glass Gambar 3. kaca objek
Gambar 4. Mikroskop Gambar 5. Pipet Gambar 6. Pinset
Gambar 7. Silet
LAMPIRAN 2
BAHAN-BAHAN
Gambar 1. Air Gambar 2. Alkohol 70%
Gambar 3. daun kumis kucing Gambar 4. daun alpukat
Gambar 5. Daun Sukun Gambar 6. Daun Jagung
Gambar 7. Tisu
LAMPIRAN 3
CARA KERJA
Gambar 1. Penyatan epidermis bawah Gambar 2. Pembuatan Preparat daun.
Gambar 3. Pengamatan di bawah Gambar 8. Pengamatan dibawah
mikroskop mikroskop
LAMPIRAN 4
Hasil Pengamatan
Penampang membujur daun jagung (Zea mays)
Penampang membujur daun kumis kucing (Orthosipon stamineus)
Penampang membujur daun alpukat (Persea americana)
Penampang membujur daun Sukun (Arhtocarpus communis)
LAMPIRAN 5
BAGAN ALIR
Objek
|
- Diiris tipis.
- Diletakkan diatas kaca objek.
- Ditetesi air dan ditutup dengan kaca
Penutup atau deck glass.
Mikroskop
|
- Digunakan untuk mengamati bentuk-bentuk modifikasi sel epidermis yang tampak.
- Difoto atau di gambarkan bagian yang tampak dan diberi penjelasan.
Hasil pengamatan
|
0 comments:
Post a Comment