Semua orang tentu ingin punya bentuk tubuh yang
ideal. Di samping lebih sehat, tentu akan lebih percaya diri. Yang merasa
terlalu gemuk kepengin kurus, dan yang merasa terlalu kurus ingin gemuk… Aku
sendiri pengen turun berat badan barang 5 kg lagi deh…tapi susahnyaaasetengah
mati…. Akhirnya pasrah lah, yang penting sehat..hehe…Kadang orang mau
melakukan apa saja demi mencapai impiannya mendapatkan tubuh ideal, termasuk
menggunakan obat-obatan. Eit, tapi tunggu dulu… jangan gegabah
mengkonsumsi sembarang obat. Alih-alih mencapai bentuk tubuh ideal, yang
terjadi malah badan jadi amburadul karena efek samping obat.
Beberapa waktu lalu tersiar pertanyaan mengenai
obat gemuk yang baik. Apa saja sebenarnya obat yang bisa untuk membuat gemuk?
Seberapa aman obat pembuat gemuk? Tulisan ini akan mengulas tentang obat-obat
penggemuk badan.
1.
Pil
penggemuk badan
Di
internet banyak ditawarkan pil penggemuk badan dari China yang katanya berisi
aneka herbal alami. Sebuah pil penggemuk badan misalnya, diiklankan berisi
herbal seperti : Ginseng, Semen Cusculae, Fructus Crataegus, Fructus
Hordel Germinatus, Fructus Quisqualis, Radix Astragali, dan Rhizoma
Atractylodis Mak. Jika ditelusuri, herbal-herbal ini umumnya berefek
pada saluran pencernaan, misalnya memperbaiki fungsi pencernaan sehingga
makanan lebih banyak yang terserap, meningkatkan nafsu makan, melancarkan
peredaran darah, mengatur metabolisme lemak, dll. Jika memang hanya berisi
herbal, sebenarnya baik-baik dan aman-aman saja. Pada umumnya efek obat herbal
tidak terjadi secara cepat namun bertahap dan perlahan-lahan. Tapi jika
kemudian obat tersebut mengklaim efeknya sangat manjur, seperti yang disebutkan
dalam salah satu iklan obat gemuk, bahwa “Dalam waktu 1 minggu berat
badan Anda akan bertambah 5-7 Kg”, maka kita perlu waspada.
Jangan-jangan pada obat herbal tersebut ada campuran obat sintetik yang efeknya
membuat gemuk dengan cepat, tapi efek sampingnya berbahaya. Obat yang sering
dicampurkan dalam obat penggemuk badan adalah golongan
kortikosteroid.
2.
Obat
kortikosteroid
Obat
golongan kortikosteroid termasuk golongan obat yang penting dalam dunia
pengobatan, karena memiliki aksi farmakologi yang luas, sehingga sering
digunakan dalam berbagai penyakit, sampai-sampai ada yang menyebutnya “obat
dewa”, obat segala penyakit. Tapi di sisi lain, karena tempat aksinya luas,
efek sampingnya pun luas dan tidak kurang berbahayanya. Penasaran kan tentang
kortikosteroid ? Apakah itu?
Obat
ini tergolong sebagai obat anti radang yang poten, dan sering
digunakan untuk gangguan radang seperti alergi, asma, eksim, dan juga
penyakit-penyakit autoimun seperti Lupus, rheumatoid arthritis, dll, karena
efeknya yang bisa menekan kerja sistem imun yang berlebihan. Contoh obatnya
adalah: prednison, prednisolon, deksametason, betametason, hidrokortison, triamcinolon,
dll.
Obat
ini memberikan efek “kelihatan” gemuk karena memiliki efek menahan air dalam
tubuh, sehingga berat badan bertambah. Kemudian ia juga mempengaruhi
metabolisme lemak tubuh dan distribusinya, sehingga menyebabkan pertambahan
lemak di bagian-bagian tertentu tubuh, yaitu di wajah (jadi membulat), bahu,
dan perut. Wajah bulat akibat penggunaan steroid sering disebut “moon
face”. Pada orang yang sering menggunakan steroid, wajahnya akan tampak
membulat. Orang yang kepengin gemuk mungkin akan merasa senang dengan efek ini.
Tetapi gemuk yang dihasilkan bukanlah gemuk yan sehat. Selain itu, masih banyak
pula efek samping yang bisa timbul dari pemakaian kortikosteroid. Apa saja?
a.
Penekanan
sistem pertahanan tubuh
Karena obat ini bisa menekan sistem
imunitas/pertahanan tubuh, maka jika terluka akan lebih lama sembuhnya.
Selain itu juga lebih mudah tertular infeksi. Termasuk juga banyak tumbuh
jerawat dan gangguan kulit akibat infeksi jamur.
b.
Meningkatkan
risiko diabetes
Golongan obat ini meningkatkan proses
glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dari protein, sehingga
beresiko meningkatkan kadar gula darah. Karena itu, orang dengan riwayat
diabetes dapat mengalami kenaikan kadar gula darah yang nyata jika mengkonsumsi
obat ini.
c.
Meningkatkan
risiko hipertensi
Karena obat ini bersifat menahan cairan tubuh,
maka akan meningkatkan volume darah, dan bisa berpotensi menaikkan tekanan
darah
d.
Meningkatkan
risiko osteoporosis/keropos tulang
Obat ini memiliki efek katabolik, yaitu mengurai
protein sehingga mengurangi pembentukan protein, termasuk protein yang
diperlukan untuk pembentukan tulang. Akibatnya terjadi osteoporosis atau
keropos tulang, karena matriks protein tulang menyusut. Efek ini juga
menyebabkan gangguan pertumbuhan jika digunakan pada anak-anak dalam jangka
waktu lama.
e.
Cushing
syndrome
Gejala-gejala Cushing
Syndrom akibat akumulasi steroid dalam tubuh
Obat golongan steroid
yang digunakan dalam waktu lama akan menyebabkan gangguan yang disebut Cushing
syndrome, yaitu efek-efek yang terjadi akibat akumulasi/penumpukan
kortikosteroid di dalam tubuh, dengan tanda-tanda: terjadi garis-garis
kemerahan di kulit terutama perut dan paha (disebut striae), jerawat, kumpulan
lemak seperti punuk sapi/kerbau di bahu (buffalo hump), perdarahan
bawah kulit/lebam, moon face, hipertensi, perdarahan lambung,
keropos tulang, dll.
Jadi nampaknya potensi
untuk menjadi gemuk dengan obat golongan steroid tidaklah sepadan dengan bahaya
efek samping yang ditimbulkannya. Perlu berhati-hati jika Anda menggunakan obat
yang katanya herbal alami, tetapi kemudian timbul efek-efek seperti di atas,
maka kemungkinan besar pada herbal tersebut ditambah dengan obat golongan
steroid. Jika Anda menyadari adanya steroid dalam jamu/herbal penggemuk badan
yang anda gunakan, hentikanlah perlahan-lahan. Penggunaan obat golongan
kortikosteroid tidak boleh dihentikan secara mendadak karena akan mengganggu
adaptasi tubuh. Penghentian harus perlahan-lahan dengan dosis yang makin lama
makin berkurang. Mengapa demikian ? Karena selama penggunaan kortikosteroid
dari luar, produksi hormon ini secara alami dari tubuh akan terhenti, maka jika
penggunaan dari luar tiba-tiba dihentikan, tubuh akan kekurangan hormon ini
secara normal dan akan terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan, seperti:
kadar gula darah turun, tekanan darah turun drastis dari posisi duduk ke berdiri
(hipotensi ortostatik), dehidrasi (kekurangan cairan), lemah, lesu, dll.
3.
Antihistamin
(Siproheptadin dan ketotifen)
Obat golongan antihistamin sebenarnya ditujukan
untuk mengatasi gangguan alergi, baik alergi kulit, saluran nafas, atau bagian
tubuh lain. Namun efek samping obat ini adalah meningkatkan nafsu makan,
sehingga juga sering “disalahgunakan” untuk meningkatkan nafsu makan pada
anak-anak yang sulit makan, termasuk juga dicampurkan pada jamu penggemuk
badan. Penggunaan siproheptadin atauketotifen sebagai
peningkat nafsu makan pada anak-anak dapat digolongkan sebagai penggunaan obat
“off-label”, di mana obat digunakan dengan tujuan/indikasi di luar indikasi
yang resmi dan disetujui oleh badan otoritas di bidang pengawasan obat, seperti
FDA di Amerika atau Badan POM di Indonesia.
Bagaimana untuk menggemukkan badan?
Lalu, bagaimana cara yang tepat dan sehat untuk
menggemukkan badan? Yang pertama tentunya mengatur pola makan. Makanlah
dengan porsi yang lebih besar dengan komponen lemak dan protein yang lebih
tinggi. Makanlah yang disukai, sehingga bisa habis banyak. Gemuk yang bagus
adalah dengan massa otot yang banyak, bukan sekedar lemak, apalagi air. Karena
itu, perlu juga diimbangi dengan olah raga yang dapat meningkatkan massa otot.
Jika akan menggunakan obat, lebih aman
menggunakan obat herbal, tetapi waspadai adanya kemungkinan obat herbal yang
dicampuri bahan kimia obat yang berbahaya. Informasi seperti itu seringkali
tidak tercantum dalam iklan dan promosi produknya. Apalagi jika menggunakan
produk China yang tidak melalui pendaftaran di Badan POM dan dijual bebas
melalui media online, maka perlu ada kehati-hatian. Sebuah temuan oleh Badan
otoritas pengawasan obat dan makanan di Arab Saudi menunjukkan bahwa pil
Kianpi yang berasal dari China dan beredar luas di banyak negara termasuk
Indonesia, mengandung betametason dan siproheptadin yang bisa menimbulkan efek
samping berbahaya jika digunakan dalam jangka waktu lama. Efek obat herbal
biasanya tidak sangat drastis, tetapi lebih bertahan. Karena itu, jangan
berharap efek yang terlalu cepat, namun lebih baik diikuti dengan asupan
makanan yang bergizi dan sehat
0 comments:
Post a Comment