Gunakan Pencarian Ini

Join disini dulu ya, Like This !!!

×

Powered By Berbagi Ilmu SEO and TUTORIAL BLOGGING

AKAN LEBIH BAIK JIKA ANDA MENDOWNLOAD FILE DALAM BENTUK PDF

Saturday 25 January 2014

Tanaman Obat Keluarga (Toga) dan Simplisia Tanaman Obat

Tanaman Obat Keluarga (Toga) 



          Tanaman obat keluarga merupakan beberapa jenis tanaman obat pilihan yang ditanam di pekarangan rumah atau lingkungan sekitar rumah. Tanaman obat yang dipilih biasanya tanaman obat yang dapat digunakan untuk pertolongan pertama atau obat-obat ringan seperti demam dan  batuk. Tanaman obat yang sering ditanam di pekarangan rumah antara lain sirih, kunyit, temulawak, kembang sepatu, sambiloto,
dan lain-lain.
         Tanaman obat keluarga selain digunakan sebagai obat juga memiliki berapa manfaat lain yaitu :

  1. Dapat dimanfaatkan sebagai penambah gizi keluarga seperti pepaya, timun dan bayam. 
  2. Dapat dimanfaatkan sebagai bumbu atau rempah-rempah masakan seperti kunyit, kencur, jahe, serai, dan daun salam. 
  3. Dapat menambah keindahan (estetis) karena di tanam di pekarangan rumah seperti mawar, melati, bunga matahari, kembang sepatu, tapak dara dan kumis kucing. 

          Tanaman obat-obatan dapat ditanam dalam pot-pot atau di lahan sekitar rumah. Apabila lahan yang dapat ditanami cukup luas, maka sebagian hasil panen dapat dijual dan untuk menambah penghasilan keluarga.

Simplisia Tanaman Obat


          Gunawan dan Mulyani, 2002 menjelaskan bahwa simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa
bahan yang telah dikeringkan.
          Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

  1. Simplisia nabati - Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,  bagian tanaman, eksudat tanaman, atau  gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. 
  2. Simplisia hewani - Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh at;au zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
  3. Simplisia pelikan atau mineral - Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. 

          Simplisia tanaman obat termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut sebgai Piperis albi Fructus. Fructus
menunjukkan bagian tanaman yang artinya buah.
Tabel 1. Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam Tata Nama Simplisia


Daftar Pustaka

Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.127 hlm. 

Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.           140 hlm.

Kardinan, A. dan F.R. Kusuma. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Agromedia 
          Pustaka. Tangerang. 61 hlm.

Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasit Obat. Rineka Cipta. Jakarta. 135 hlm.

Lubis, S. 1983. Mengenal Apotik Hidup Obat Asli Indonesia. Bahagia. Pekalongan. 212 hlm.

Siswanto, Y.W. 2004. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.           99 hlm.

Tim Penulis Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang.           Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm.




Download Buku Tanaman Obat dan Khasiatnya

Download Buku Tumbuhan Obat dan Khasiatnya



          Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisonal tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. 
          Di hutan tropis Indonesia terdapat 30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Peluang  pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan  dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal,  fitofarmaka dan
kosmetika tradisional.  
          Tanaman obat didefenisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan, atau ramuan obat-obatan. Ahli lain mengelompokkan tanaman berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu :
  1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau  dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
  2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 
  3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan biokatif berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai bahan obat. 

          Sedangkan Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :
  1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu. 
  2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (precursor).
  3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat. 

Penjelasan di atas merupakan gambaran sepintas mengenai isi dari buku Tanaman Obat dan Khasiatnya.

adapun pokok yang dibahas dalam buku ini berupa:
  • BUDIDAYA TANAMAN OBAT-OBATAN SECARA UMUM
  • PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN 
  • TANAMAN OBAT SECARA UMUM
  • SIMPLISIA SELURUH TANAMAN (Klasifikasi, Deskripsi, Syarat Tumbuh, Budidaya, Panen dan pasca panen, Kandungan Kimia, Efek Farmakologi dan Hasil Penelitian, Khasiat dan Cara Pemakaian)
  • PEMBUATAN JUS DARI TANAMAN OBAT
  • DAFTAR PUSTAKA PADA SETIAP BAHASAN TANAMAN
Untuk lebih jelasnya silahkan download bukunya (Bahasa Indonesia), Klik:




Friday 24 January 2014

Download buku - Farmakognosi Dan Farmakobioteknologi

Download buku - Farmakognosi Dan Farmakobioteknologi


Hello Kawan Farmasi,
Ayo download buku Farmasi Gratis ..

Buku Farmasi yang di share kali ini adalah buku yang berjudul "Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology (Farmakognosi Dan Farmakobioteknologi)"
Buku ini merupakan referensi yang membahas tentang Ilmu Farmakognosi dan Ilmu Farmakobioteknologi serta Hubungan antara kedua ilmu tersebut.

Buku dari "Ashutosh Kar" yang diterbitkan oleh "New Age International Publisher" ini terdiri dari 898 halaman dengan tampilan sampul kulit muka:


Jika kawan Farmasi membutuhkan buku ini, silahkan di unduh secara gratis tanpa bayar.
Link download, Klik:
https://dl-web.dropbox.com/get/Buku/Pharmacog-Biotech.pdf?_subject_uid=243271181&w=AAB5A2PCUriBBpKbhIQDw_loN5wDSpxLxAL1Rr_oWFDhXQ&get_preview=1
atau



Jurnal - EFEKTIFITAS KUNYIT SEBAGAI PENGAWET ALAMI TERHADAP MASA SIMPAN NUGGET JAGUNG

Jurnal - EFEKTIFITAS KUNYIT SEBAGAI PENGAWET ALAMI TERHADAP MASA SIMPAN NUGGET JAGUNG (TURMERIC’S EFFECTIFITY AS A NATURAL PRESERVATIVE
FOR EXPIRE DATE OF CORN NUGGET)
Fauzan Azima - Anwar Kasim - Gustiarini Rika Putri




ABSTRAK
          Penelitian tentang “Efektifitas Kunyit Sebagai Pengawet Alami Terhadap Masa Simpan Nugget Jagung” telah dilaksanakan di Laboratorium Makanan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Padang Panjang pada bulan Maret 2010 sampai Juli 2011. Tujuan penelitian adalah untuk meminimalkan mikroba perusak nugget jagung dengan menambahkan kunyit giling dan menentukan efektifitas kunyit dalam memperpanjang masa simpan olahan nugget jagung pada beberapa kondisi penyimpanan.
              Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan Faktorial 5 x 3 dan 3 ulangan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji F dan uji lanjut Duncan’s New Multiple Range Test pada taraf nyata 5%. Pengamatan terhadap nugget jagung setengah jadi adalah masa simpan, bilangan peroksida, kekerasan dan kekompakan, Total Plate Count. Pengamatan Nugget Jagung siap konsumsi adalah penilaian organoleptik. Penilaian terbaik dari organoleptik dianalisis secara kimia, yaitu: analisis kadar air, analisis lemak dan analisis protein.
          Hasil penelitian bilangan peroksida nugget jagung selama penyimpanan berkisar antara 210,14-520,14 miliekivalen per 1000 g. Hasil analisis kerusakan fisik nugget jagung selama penyimpanan dapat diminimalkan dengan penambahan kunyit giling. Hasil analisis Total Plate Count menunjukkan bahwa penyimpanan Nugget Jagung pada suhu -15 C selama 30 hari mampu menekan pertumbuhan mikroba dari 5,0 x 10cfu/g  tanpa penambahan kunyit) menjadi 2,4 x 10 cfu/g (penambahan kunyit 4%). penambahan kunyit 4% pada suhu -15 C memiliki umur simpan terlama yaitu 68 hari atau 2 bulan 8 hari. Penambahan kunyit 3% menghasilkan nugget jagung yang paling disukai panelis.

Key words : Kunyit, Pengawet Alami, Masa Simpan dan Nugget Jagung

PENDAHULUAN
           Salah satu jenis makanan ringan yang cukup terkenal di Kota Padang Panjang adalah pergedel jagung. Pergedel jagung merupakan olahan jagung yang yang ditambah bumbu-bumbu dan biasanya disajikan setelah digoreng. Pergedel jagung enak dikonsumsi dalam keadaan panas, tetapi kondisi ini hanya bertahan dalam jangka waktu lebih kurang 20 menit. Masa simpan pergedel jagung yang layak konsumsi kisaran waktu 2 hari.
               Nugget jagung diolah dari adonan pergedel jagung dan diformulasi kembali sehingga memenuhi dari karakteristik fisik dan kimia nugget melalui penambahan daging ayam, tepung terigu dan tepung kedelai. Nugget jagung yang dihasilkan bisa langsung digoreng dan dikonsumsi atau diolah dalam bentuk setengah jadi kemudian dibekukan dan digoreng terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
          Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kondisi optimal konsumsi pergedel jagung melalui diversifikasi dalam bentuk nugget jagung dan untuk memperpanjang masa simpan produk olahan nugget jagung perlu ditambahkan kunyit sebagai pengawet alami. Namun demikian belum dapat diketahui efektifitas kunyit dalam memperpanjang masa simpan nugget jagung.
             Tujuan penelitian adalah untuk meminimalkan mikroba perusak nugget jagung dengan menambahkan kunyit giling dan menentukan efektifitas kunyit dalam memperpanjang masa simpan olahan nugget jagung pada beberapa kondisi penyimpanan.

Download Full Jurnal, Klik:

Keyword: Download Jurnal Gratis - Jurnal Farmasi - Jurnal Ilmiah Gratis

Jurnal - Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi yang Disertai Asma Bronkial


Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi yang Disertai Asma Bronkial
Effy Huriyati, Al Hafiz
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr. M. Djamil Padang



ABSTRAK
      Rinitis alergi merupakan suatu proses inflamasi dari mukosa hidung yang diperantarai oleh Immunoglobulin E (IgE) setelah terpapar alergen. Gejala utama rinitis alergi adalah cairan hidung yang jernih, hidung tersumbat, bersin berulang dan hidung gatal. Penatalaksanaan rinitis alergi tergantung dari klasifikasi dan derajat penyakit, yang meliputi penghindaran diri terhadap alergen, farmakoterapi dan imunoterapi. 
          Rinitis alergi sering dijumpai bersamaan dengan asma bronkial. Rinitis alergi adalah kelainan pada saluran nafas atas, sedangkan asma bronkial adalah kelainan pada saluran nafas bawah.
          Dilaporkan satu kasus penderita rinitis alergi yang disertai dengan asma bronkial yang terjadi pada seorang perempuan umur 18 tahun.

Kata kunci: Rinitis alergi, Immunoglobulin E, asma bronkial

ABSTRACT
          Allergic rhinitis is an inflammatory process of the nasal mucosa, induced by Immunoglobulin E (IgE) after allergen exposure. Watery rhinorrhea, nasal obstruction, sneezing and an itchy nose are the main symptoms. Depending on the subdivision and severity of allergic rhinitis, therapeutic approach combines allergen avoidance, pharmacotherapy and immunotherapy.
          Allergic rhinitis are usually found accordance with bronchial asthma. Allergic rhinitis is a disorder of the upper respiratory tract and bronchial asthma is a disorder of the lower respiratory tract.
          A case of allergic rhinitis with bronchial asthma in a 18 years old girl is reported.

Key words: Allergic rhinitis, immunoglobulin E, bronchial asthma 


PENDAHULUAN
          Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa hidung.
       Gejala rinitis alergi meliputi hidung gatal, bersin berulang, cairan  1,2 hidung yang jernih dan hidung tersumbat yang bersifat hilang timbul atau reversibel, secara spontan atau dengan pengobatan.
          Prevalensi terjadinya asma meningkat pada pasien yang menderita rinitis alergi. Pasien rinitis alergi memiliki faktor risiko   3 kali lebih besar untuk berkembang menjadi asma dibandingkan dengan orang yang sehat.

Dowload Full Jurnal, Klik:

Keyword: Download Jurnal Gratis - Jurnal Farmasi - Jurnal Ilmiah Gratis


Download Buku Farmasi - Dosage Forms and Drugs Delivery Systems

Hallo Kawan Farmasi Semua,
Ayo download buku farmasi secara gratis ...
Kali ini kami akan berbagi dengan anda semua lewat sebuah buku yang berjudul : Ansel's Pharmaceutical Dosage Forms and Drugs Delivery Systems (Farmasi Dosis Bentuk Ansel dan Sistem Pengiriman Obat)

Buku ini adalah sumber yang paling komprehensif tentang bentuk sediaan farmasi dan sistem pengiriman obat. Sangat penting untuk dijadikan referensi bagi anda yang memiliki keterbatasan untuk membeli sebuah buku cetak.

Buku ini dapat anda Download - Unduh secara gratis dari halaman ini, tanpa membayar sepeserpun kepada kami. Sekilas mengenai penampakan Cover buku ini, sebagai berikut:

Ansel's Pharmaceutical Dosage Forms and Drugs Delivery Systems


Silahkan download buku ini dengan mengklik:



A comparative bioavailability study of two ibuprofen formulations after single-dose administration in healthy volunteers

A comparative bioavailability study of two ibuprofen formulations after
single-dose administration in healthy volunteers
Metta Sinta Sari Wiria, Fransiscus D. Suyatna


Ibuprofen (2-(4-isobutylphenyl)-propionic acid, C13 H18 O2 ) is a non-steroidal antiinflamatory drug. It is a racemate of (S)-(+)  dan (R)-(-)  enantiomer with  the  ratio  1:1, but only the S-enantiomer is active. Both enantiomers posses the  same  pharmacokinetic  (concentration  vs. time) profile. The analgesic and antiinflamatory effect of the  drug  have  been  used  clinically to  treat post operative pain in young adults and children with minor side effect. The main side effect of ibuprofen is gastro-intestinal tract irritation e.g., gastritis. The mechanism of antiinflamation of ibuprofen is through the inhibition
of the prostaglandin and leukotriene biosynthesis. Ibuprofen is rapidly absorbed after oral administration
in  men,  and  peak  plasma  concentration  is observed after 1 to 2 hours. The half-life in plasma is about 2
hours. Although the rectal preparation may have some delay in  reaching  the  peak  plasma  concentration,
ibuprofen  suppositories are  absorbed  efficiently.  The
peak plasma concentration (Cmaxis about 5-20 mg/L
(oral, single dose of 200 mg) or about 12.4-30.1 mg/L (suppository, doses of 20 mg/kg BB). The bioavailability
of suppository formulation is about 73%. Ibuprofen is extensively bound to plasma proteins (90-
99%),  penetrates  slowly from plasma to  synovial spaces  and  may accumulate  there  in higher con-
centration. The drug is metabolized by hydroxylation and  carboxylation to  form two  inactive  metabolites,
which  are  eliminated  after conjugation  to  glucuronic acid. The excretion of ibuprofen is rapid and complete;
more than 90% of an ingested dose is excreted in the urine  as  metabolites  or their  conjugates, and  no
ibuprofen is found in the urine.1,2,5
The  bioavailability of two  (or more) formulations  of the same active ingredient could differ from one to the
other; therefore  bioequivalence  studies  become  the important part of registration  dossiers.  If they are
equivalent, then one may subsequently claim that the therapeutic efficacy of both formulations is similar. It
may also mean that the beneficial and side effects of the two drugs are identical, and hence the formulations
are interchangeable.
The aim of this study was to compare, the pharmacokinetic profiles and  to evaluate  the  bioequivalence  of two
formulation of 125 mg ibuprofen suppositories (Ibukal® from PT.Kalbe Farma Tbk., Jakarta and Proris® from
PT. Pharos Indonesia, Jakarta), after single dose rectal administration in healthy volunteers of both sexes.

Download File Format: 

 

Klik Like Untuk Melanjutkan, Mohon Bantuannya Untuk Menyebarluaskan Artikel Ini

Powered By Riu Etsu Kazuo and Aku Anak Farmasi