Gunakan Pencarian Ini

Join disini dulu ya, Like This !!!

×

Powered By Berbagi Ilmu SEO and TUTORIAL BLOGGING

AKAN LEBIH BAIK JIKA ANDA MENDOWNLOAD FILE DALAM BENTUK PDF

Wednesday 9 October 2013

Laporan Farmasi Fisika - Kompleksasi Obat_Suyadi

Tag:  Laporan, Laporan Farmasi Fisika, Laporan Komplekso, Laporan Kompleksasi Obat, Laporan Hasil            Praktikum Kompleksasi Obat.



BAB I
PENDAHULUAN
I.1     Latar Belakang
Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya menunjang peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Banyak bentuk sedian farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan padat dan cair, terdapat sediaan yang mengandung  bahan aktif yang kelarutannya kecil dalam air.
Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air atau larutan agar manjur secara terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek terapeutik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu, sehingga untuk menetapkan kelarutan suatu zat didalam suatu larutan maka perlu ditambahkan zat pengompleks.
Dalam artian luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Demikian juga dalam bidang formulasi sering diterapkan pembentukan kompleks antara obat dengan bahan tambahan.
Sebagian besar jenis reaksi kimia yang digunakan dalam penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Kation yang logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini diogunakan untuk pemisahan , penetapan kadar , dan membuat kation yang tidak dapat bereaksi . Untuk analisis yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi.
Dalam bidang farmasi, prinsip kompleks ini digunakan untuk menambah kelarutan suatu senyawa obat. Karena ada sebagian dari senyawa obat tak dapat larut dengan baik sehingga perlu untuk menambahkan pengkompleks.
Karena pentingnya reaksi kompleksasi dalam dunia farmasi maka dilakukanlah percobaan ini yang bertujuan untuk mengetahui dan menetapkan kelarutan suatu zat obat yang terdapat pada suatu larutan dengan penambahan zat pengompleks.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1  Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat dengan penambahan zat pengompleks.
I.2.1  Tujuan Percobaan Menetapkan kelarutan kofein dalam larutan dengan penambahan sulfanilamida menggunakan metode spektrofotometer.
I.3     Prinsip Percobaan
Penetapan kelarutan dari kofein dalam larutan dengan penambahan sulfanilamida dengan dengan konsentrasi yang berbeda-beda didasarkan pada kompleks yang terjadi antara kofein dengan sulfonamida yang di ukur dengan menggunakan spektrofotometer


BAB II
            TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Teori Umum
Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik, diakibatkan oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau ion nonlogam apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionik, yang dapat menyumbangkan satu pasang elektron, dapat bertindak sebagai donor. Akseptor, atau konstituen yang ambil bagian dalam pasangan elektron, seringkali berupa ion logam, walaupun dapat juga berupa atom netral (Martin, A: 1990).
Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam, pusat disebut bilangan koordinasi dari logam,, salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil (Martin, A: 1990).
Gaya antar molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya van der Waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar induksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler, dan kovalen koordinat penting dalam kompleks logam (Martin, A: 1990).
Pada tahun 1921, Emery dan Wright meneliti kerja pengompleks dari kafeina dengan sejumlah senyawa termasuk natrium benzoate dan natrium salisilat. Pada tahun 1930 Labes menentukan tetapan kesetimbangan antara kafeina dan ion salisilat, dan  dalam tahun 1937, Chambon meneliti kompleks kafeina natrium benzoat dengan metode distribusi (Martin, A:1990).
G.N Lewis menerangkan bahwa pembentukan kompleks terjadi karena pentumbangan atau pasangan elektron seluruhnya oleh satu ligan kepada atom pusat, inilah yang disebut dengan ikatan-datif. Teori Medan Ligan menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan dalam dari atom pusat. Medan ligan menyebabkan penguraian tingkatan energi orbital-orbital-d atom pusat, yang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Energi Stabilitas Medan Ligan) (Svehla, G.: 1990).
Satu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusan dan sejumlah ligam yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Susunan logam-logam sekitar atom pusat adalah simetris (Svehla, G.: 1990).
Pada sebagian besar logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini dapat digunakan untuk pemisahan, penentuan kadar dan untuk membuat kation tidak dapat berreaksi. Untuk analisis kuantitatif yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi. Pada pembentukan dan penguraian senyawa kompleks dibedakan antara disosiasi pertama dan kedua. Disosiasi pertama merupakan disosiasi menjadi kation dan anion kompleks atau menjadi anion dan kation kompleks, yang biasanya terjadi secara sempurna (Roth, H., J: 1994).
Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna larutan dan kenaikan larutan (Svehla, G.: 1990).
Makin besar tetapan disosiasi, makin banyak ion dalam larutan, dan makin tidak stabil kompleks yang terjadi. Selain itu diketahui juga bahwa banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap. Ion kompleks tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat (Day, R., A.: 1995).
II.2 Uraian Bahan
            1.    Air Suling (Dirjen  POM:  1979)
            Nama Resmi             : Aqua Destillata
            Sinonim                    : Aquades, air suling
            RM/BM                    : H2O
Rumus Bangun        :


Pemerian                  : Cairan  jernih,  tidak  berwarna,  tidak berbau,  tidak berasa
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                 : Sebagai pelarut.
2.                     2. Kafein (Dirjen  POM:  1979)
           Nama Resmi             : Coffeinum
           Sinonim                    : Kafein; 1,3,7-trimetil xantin
           RM/BM                    : C8H10N4O2/194,19
           Rumus Bangun        :





Pemerian                  : Serbuk atau hablur bentuk jarum, mengkilap biasanya menggumpal, putih, tidak berbau rasa pahit.
Kelarutan                 : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, mudah  larut dalam kloroform dan sukar larut dalam eter.
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                 : Sebagai sampel
            3.      Sulfanilamid (Dirjen  POM:  1979)
            Nama Resmi             : Sulfanilamidum
Sinonim                    : Sulfanilamid; p-aminobenzosulfonamidaa
            RM/BM                    : C6H8N2O2S / 172,21
            Rumus Bangun        :


Pemerian                  : Hablur, serbuk hablur atau butiran putih tidak berbau, rasa pahit kemudian manis.
Kelarutan                 : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam kloroform, eter dan benzene.
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Kegunaan                 : Sebagai pengompleks.


BAB III
METODE KERJA
III.1    Alat dan Bahan
III.1.1        Alat-alat yang digunakan
Ø  Batang Pengaduk
Ø  Beker gelas 250 mL
Ø  Botol semprot
Ø  Labu ukur 50 mL dan 100 mL
Ø  Pipet volume 1,0 mL dan 10,0 mL
Ø  Rak tabung
Ø  Sendok tanduk
Ø  Spektrofotometer UV
Ø  Tabung reaksi
Ø  Timbangan
III.1.2        Bahan-bahan yang digunakan
Ø Aquadest
Ø Kertas saring
Ø Kertas timbang
Ø Kofein
Ø Sulfanilamid
Ø Tissue Roll
III.2    Cara Kerja
III.2.1        Larutan Standar
1.         Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.         Ditimbang 2,5 g kofein
3.         Dilarutkan kofein dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL
4.        



Dipipet 1 mL larutan dengan pipet volume 1,0 mL, dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
5.         Dipipet 1 mL larutan dengan pipet volume, dimasukan kedalam labu ukur 50,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 50 mL.
6.         Dipipet lagi 10 mL larutan dengan pipet volume, kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi.
7.         Diukur serapan larutan pada spectrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.
III.2.2        Larutan Sampel
1.        Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.        Ditimbang 2,5 g kofein.
3.        Dibuat larutan, dimana 2,5 g kofein dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya.
4.        Dipipet 5 mL larutan dengan pipet volume 5,0 mL, dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
5.        Dipipet 10 mL larutan dengan pipet volume 10,0 mL dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL lalu dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 mL.
6.        Dipipet lagi 10 mL larutan dengan pipet volume lalu dimasukan kedalam tabung reaksi.
7.        Dibuat larutan dengan cara yang sama menggunakan kofein 2,5 g dengan penambahan sulfanilamid sebanyak 0,5 g; 1,0 g; 1,5 g; dan 2,0 g
8.        Diukur serapan semua larutan pada spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.
III.2.3        Larutan Blangko
1.        Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.        Dibuat larutan dengan melarutkan 0,5 g sulfanilamid dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
3.        Dipipet 5 mL larutan dengan pipet volume lalu dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
4.        Dipipet 10,0 mL larutan tersebut dengan pipet volume lalu dicukupkan volumenya dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL.
5.        Dipipet 10 mL larutan tersebut lalu dimasukan kedalam tabung reaksi.
6.        Dibuat larutan dengan cara yang sama untuk sulfanilamid 1,0 g; 1,5 g; dan 2,0 g
7.        Diukur serapan semua larutan pada spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN
(pada file pdf)
SILAHKAN DOWNLOAD FILE PDFnya
KLIK


BAB V
PEMBAHASAN
(pada file pdf)
SILAHKAN DOWNLOAD FILE PDFnya
KLIK

BAB VI
PENUTUP
(pada file pdf)
SILAHKAN DOWNLOAD FILE PDFnya
KLIK



Daftar Pustaka

Day, R., A. 1995. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Jilid I Edisi ke-3. UI Press: Jakarta.
Roth, H. J. 1994. Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik. PT Kalman Media Pustaka: Jakarta.


Tag: Laporan, Laporan Farmasi Fisika, Laporan Komplekso, Laporan Kompleksasi Obat, Laporan Hasil Praktikum Kompleksasi Obat.



 

Klik Like Untuk Melanjutkan, Mohon Bantuannya Untuk Menyebarluaskan Artikel Ini

Powered By Riu Etsu Kazuo and Aku Anak Farmasi