Gunakan Pencarian Ini

Join disini dulu ya, Like This !!!

×

Powered By Berbagi Ilmu SEO and TUTORIAL BLOGGING

AKAN LEBIH BAIK JIKA ANDA MENDOWNLOAD FILE DALAM BENTUK PDF

Saturday 5 October 2013

Laporan FARMASI FISIKA Kompleksasi Obat (KOMPLEKSO)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1     Latar Belakang
Dalam arti yang luas, senyawa kompleks dapat diartikan  senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing masingnya dapat berdiri sendiri atau tunggal. Demikian juga dalam bidang formulasi sering diterapkan pembentukan kompleks antara obat dengan bahan tambahan. Menurut Werner (orang yang pertama kali berhasil mengkaji senyawa kompleks), beberapa ion logam cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu terbentuk senyawa kompleks yang mantap.
Sebagian besar jenis reaksi kimia yang digunakan dalam penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan ion kompleks. Reaksi pembentukan senyawa kompleks bergantung pada persenyawaan bukan ion hidrogen atau ion hidroksida untuk membentuk suatu ion atau suatu senyawa yang dapat larut  dan sedikit terdisosiasi. Kation yang logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini digunakan untuk pemisahan, penetapan kadar, dan membuat kation yang tidak dapat bereaksi. Untuk analisis yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi.
Dalam bidang farmasi, prinsip kompleks ini digunakan untuk menambah kelarutan suatu senyawa obat. Karena ada sebagian dari senyawa obat tak dapat larut dengan baik pada pelarut tertentu sehingga diperlukan penambahan senyawa pengkompleks. Dengan demikian senyawa yang memiliki sifat sukar larut akan mengalami peningkatan kelarutan dalam pelarut dengan adanya penambahan senyawa pengkompleks.
Mengingat pentingnya prinsip reaksi kompleks dalam bidang farmasi maka dilakukanlah percobaan ini, dimana akan digunakan sampel kofein yang memiliki sifat sukar larut dengan sulfanilamida sebagai zat pengkompleks.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1  Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat dengan penambahan zat pengompleks.
I.2.2  Tujuan Percobaan
Menetapkan kelarutan kofein dalam larutan dengan penambahan sulfonamida menggunakan metode spektrofotometer.
I.3     Prinsip Percobaan
Penetapan kelarutan dari kofein dalam larutan dengan penambahan sulfanilamida dengan dengan konsentrasi yang berbeda-beda didasarkan pada kompleks yang terjadi antara kofein dengan sulfonamida yang di ukur dengan menggunakan spektrofotometer


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Teori Umum
Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik, diakibatkan oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau ion nonlogam apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionik, yang dapat menyumbangkan satu pasang elektron, dapat bertindak sebagai donor. Akseptor, atau konstituen yang ambil bagian dalam pasangan elektron, seringkali berupa ion logam, walaupun dapat juga berupa atom netral (Martin, A: 1990).
Dalam pelaksanaan analisisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu ion (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi klasik (Roth, H., J: 1994).
Metode-metode analisis pembentukan kompleks ada beberapa macam, antara lain (Day, R., A: 1995):
1.    Metode variasi berkesinambungan
                  Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa apabila dua senyawa membentuk kompleks                   maka terjadi perubahan sifat fisika dan kimia.
               2.    Metode titrasi
                   Metode ini diterapkan pada pembentukan kompleks glisin dan Cu yang dititrasi dengan                          NaOH.
               3.    Metode distribusi
                    Metode distribusi diterapkan pada pembentukan kompleks iodium dan KI. Iodium dilarutkan                       dalam CS2 dan KI dilarutkan dalam air. Kelarutan iodium dalam air karena terbentuk                                    kompleks.
                4. Metode Kelarutan
                   Kelarutan pada amino benzoate akan menambah kelarutan kofein, dimana kadar kofein diukur                      dengan spektrofotometer.

Gaya antar molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah van der waals dari dispersi, dipolar, dan tipe dipolar induksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler, dan kovalen koordinat sangat penting dalam kompleks logam. Perpindahan muatan dan interaksi hidrofobis pun terjadi (Martin, A: 1990).
Satu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusan dan sejumlah ligam yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Susunan logam-logam sekitar atom pusat adalah simetris (Svehla, G: 1990).
G.N Lewis menerangkan bahwa pembentukan kompleks terjadi karena pentumbanagn atau pasangan elektron seluruhnya oleh satu ligan kepada atom pusat, inilah yang disebut dengan ikatan-datif. Teori Medan Ligan menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan dalam dari atom pusat. Medan ligan menyebabkan penguraian tingkatan energi orbital-orbital-d atom pusat, yang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Energi Stabilitas Medan Ligan) (Svehla, G: 1990).
Pada pembagian besar logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini dapat digunakan untuk pemisahan, penentuan kadar dan untuk membuat kation tidak dapat berreaksi. Untuk analisis kuantitatif yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi. Pada pembentukan dan penguraian senyawa kompleks dibedakan antara disosiasi pertama dan kedua. Disosiasi pertama merupakan disosiasi menjadi kation dan anion kompleks atau menjadi anion dan kation kompleks, yang biasanya terjadi secara sempurna (Roth, H., J: 1994).
Makin besar tetapan disosiasi, makin banyak ion dalam larutan, dan makin tidak stabil kompleks yang terjadi. Selain itu diketahui juga bahwa banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap. Ion kompleks tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat (Day, R., A.: 1995).
Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna larutan dan kenaikan larutan (Svehla, G.: 1990).
Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam, pusat disebut bilangan koordinasi dari logam, salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil (Martin, A: 1990). Higuchi dan kawan-kawannya telah menyelidiki kompleksasi kafein dengan sejumlah obat yang bersifat asam. Mereka menemukan interaksi antara kafein dengan obat misalnya silfonamida atau barbiturat disebabkan oleh gaya dipol-dipol atau ikatan hidrogen antara gugus karbonil yang terpolarisasi dari kafein dan atom hidrogen dari asam. Interaksi sekunder mungkin terjadi antara bagian-bagian molekul nonpolar dan kompleks “ditekan keluar” dari fase air karena tekanan internal air yang besar. Kedua efek ini menyebabkan derajat interaksi yang tinggi (Martin, A: 1990).
II.2 Uraian Bahan
           1.    Air Suling (Dirjen  POM:  1979)
           Nama Resmi             : Aqua Destillata
           Sinonim                    : Aquades, air suling
           RM/BM                    : H2O
Rumus Bangun        :

Pemerian                  : Cairan  jernih,  tidak  berwarna,  tidak berbau,  tidak berasa
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                 : Sebagai pelarut

            2.      Kafein (Dirjen  POM:  1979)
            Nama Resmi             : Coffeinum
            Sinonim                    : Kafein; 1,3,7-trimetil xantin
            RM/BM                    : C8H10N4O2/194,19
            Rumus Bangun        :





Pemerian                  : Serbuk atau hablur bentuk jarum, mengkilap biasanya menggumpal, putih, tidak berbau rasa pahit.
Kelarutan                 : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, mudah  larut dalam kloroform dan sukar larut dalam eter.
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                 : Sebagai sampel

            3.      Sulfanilamid (Dirjen  POM:  1979)
            Nama Resmi             : Sulfanilamidum
Sinonim                    : Sulfanilamid; p-aminobenzosulfonamidaa
            RM/BM                    : C6H8N2O2S / 172,21
            Rumus Bangun        :


Pemerian                  : Hablur, serbuk hablur atau butiran putih tidak berbau, rasa pahit kemudian manis.
Kelarutan                 : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam kloroform, eter dan benzene.
Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Kegunaan                 : Sebagai pengompleks





BAB III
METODE KERJA
III.1    Alat dan Bahan
III.1.1        Alat-alat yang digunakan
o    Batang Pengaduk
o    Beker gelas 250 mL
o    Botol semprot
o    Labu ukur 50 mL dan 100 mL
o    Pipet volume 1,0 mL dan 10,0 mL
o    Rak tabung
o    Sendok tanduk
o    Spektrofotometer UV
o    Tabung reaksi
o    Timbangan
III.1.2        Bahan-bahan yang digunakan
o    Aquadest
o    Kertas saring
o    Kertas timbang
o    Kofein
o    Sulfanilamid
o    Tissue Roll
III.2    Cara Kerja
III.2.1        Larutan Standar
1.         Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.         Ditimbang 2,5 g kofein
3.         Dilarutkan kofein dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL
4.        Dipipet 1 mL larutan dengan pipet volume 1,0 mL, dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
5.         Dipipet 1 mL larutan dengan pipet volume, dimasukan kedalam labu ukur 50,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 50 mL.
6.         Dipipet lagi 10 mL larutan dengan pipet volume, kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi.
7.         Diukur serapan larutan pada spectrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.
III.2.2        Larutan Sampel
1.        Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.        Ditimbang 2,5 g kofein.
3.        Dibuat larutan, dimana 2,5 g kofein dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya.
4.        Dipipet 5 mL larutan dengan pipet volume 5,0 mL, dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
5.        Dipipet 10 mL larutan dengan pipet volume 10,0 mL dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL lalu dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 mL.
6.        Dipipet lagi 10 mL larutan dengan pipet volume lalu dimasukan kedalam tabung reaksi.
7.        Dibuat larutan dengan cara yang sama menggunakan kofein 2,5 g dengan penambahan sulfanilamid sebanyak 0,5 g; 1,0 g; 1,5 g; dan 2,0 g
8.        Diukur serapan semua larutan pada spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.
III.2.3        Larutan Blangko
1.        Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.        Dibuat larutan dengan melarutkan 0,5 g sulfanilamid dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
3.        Dipipet 5 mL larutan dengan pipet volume lalu dimasukan kedalam labu ukur 100,0 mL dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.
4.        Dipipet 10,0 mL larutan tersebut dengan pipet volume lalu dicukupkan volumenya dengan air suling dalam labu ukur 100,0 mL.
5.        Dipipet 10 mL larutan tersebut lalu dimasukan kedalam tabung reaksi.
6.        Dibuat larutan dengan cara yang sama untuk sulfanilamid 1,0 g; 1,5 g; dan 2,0 g
7.        Diukur serapan semua larutan pada spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN
(pada file pdf)
SILAHKAN DOWNLOAD FILE PDFnya
KLIK


BAB V
PEMBAHASAN
(pada file pdf)
SILAHKAN DOWNLOAD FILE PDFnya
KLIK

BAB VI
PENUTUP
(pada file pdf)
SILAHKAN DOWNLOAD FILE PDFnya
KLIK


Daftar Pustaka
Day, R., A. 1995. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta
Effendi, I. 2003. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik Jurusan Farmasi. UNHAS: Makassar
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Jilid I Edisi ke-3. UI Press: Jakarta.
Roth, H. J. 1994. Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik. PT Kalman Media Pustaka: Jakarta.








Tag: Laporan, Laporan Farmasi Fisika, Laporan Komplekso, Laporan Kompleksasi Obat, Laporan Hasil Praktikum Kompleksasi Obat.

0 comments:

 

Klik Like Untuk Melanjutkan, Mohon Bantuannya Untuk Menyebarluaskan Artikel Ini

Powered By Riu Etsu Kazuo and Aku Anak Farmasi